Tuesday, May 22, 2018

...

Belajar Membangun Cinta Terencana dari Perceraian Orang Tua


“Keluarga yang bahagia adalah keluarga yang penuh cinta di dalamnya”, ucap Psikolog Roslina Verauli dalam Meet Up Komunitas: Membangun Keluarga dengan Cinta Terencana, beberapa hari lalu. Mendengar kalimat itu, pikiranku bernostalgia, menelusuri labirin kisah keluargaku yang telah lama aku kubur dalam-dalam.

Beberapa tahun lalu, tepatnya saat aku duduk di bangku SMA, Mama dan Papaku memutuskan untuk berpisah. Entah apa alasannya, yang jelas, yang aku tangkap adalah sudah tidak ada lagi cinta pada keduanya.

Lalu bagaimana perasaanku? Sedihkah aku? Tidak.
Justru yang aku rasakan adalah bahagia. Aku merasa itulah jalan terbaik untuk mereka. Aku bahagia jika orang tuaku bahagia. Dan tentu pasti kamu sependapat denganku, orang tua yang bahagia barulah mampu membahagiakan anaknya.

Source: www.merdeka.com

Yang aku sesali adalah, kenapa hal itu tidak mereka putuskan sejak lama. Sejak pertengkaran-pertengkaran itu bermula. Sehingga aku tidak perlu merasakan sakit dan trauma. 

Ingin sekali aku sampaikan pada mereka bahwa yang membuat seorang anak menderita bukanlah perceraian tapi pertengkaran-pertengkaran. Saat mereka bertengkar, tak ada yang bisa kulakukan selain menangis dan berdoa. Berdoa semoga mereka segera menemukan titik temu permasalahannya.

Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi, sejujurnya menimbulkan dampak negatif pada psikologisku. Di sekolah, aku tumbuh menjadi gadis yang insecure, introvert, dan menutup diri dari lingkungan.

Saat itu, yang ada di pikiranku adalah semakin sering berinteraksi dengan orang lain, semakin besar kesempatan mereka untuk menyakitiku. Makanya tak jarang, aku lebih senang ke mana-mana seorang diri, ke toilet, kantin, sampai mengerjakan tugas kelompok pun aku lebih memilih sendiri.

Bukan hanya itu saja, sering kali aku merasa hidup orang lain terlalu sempurna. Mereka dikelilingi orang tua yang mencintai mereka, sedang aku tak mendapatkan keduanya.

Untuk meredakan kesedihan, aku memilih melarutkan diri pada belajar dan aktivitas organisasi. Aku berharap waktu adalah penyembuh luka paling juara. Beruntung, Allah melindungiku dari pergaulan negatif yang mungkin saja menimpa.


Belajar dari Perceraian Orang Tua

Kini, tahun demi tahun telah berlalu, apa yang terjadi pada orang tuaku dulu menjadi pelajaran berharga untukku. Ternyata menikah dan membangun keluarga bahagia, tidaklah mudah. Butuh kerja keras dan komitmen bersama untuk mewujudkannya.

Ibu Roslina Verauli, Psikolog Anak dan Remaja
Source: @BKKBNOfficial

Seperti apa yang dikatakan, Psikolog Anak dan Remaja, Roslina Verauli, Sebuah keluarga bahagia, tentu di dapat dari pernikahan yang berhasil, dan berikut indikatornya:

• Mandiri emosional
Mandiri emosional terlihat dari tidak mudah tersulut emosi sehingga menimbulkan pertengkaran, tidak melaporkan segala permasalahan rumah tangga pada orang tua atau mertua.

• Mandiri finansial
Mandiri finansial dapat dibuktikan dari suami sebagai kepala rumah tangga mampu menafkahi anak dan istrinya dari penghasilannya.

• Bertanggung jawab
Bertanggung jawab dapat dicirikan, suami dan istri bertanggung jawab pada apa yang menjadi kewajibannya masing-masing. Misalnya, suami mencari nafkah, istri mengurus anak dan rumah tangga.

• Saling bantu dan support
Bertanggung jawab pada apa yang menjadi kewajiban suami-istri memang sebuah keharusan. Tapi untuk mempermudah semuanya, perlu bantuan dan dukungan dari satu sama lain.

kiri-kanan: Ibu Roslina Verauli - Ibu Eka Sulistya Ediningsih - MC- Kak Resi 

Psikolog yang akrab disapa Ibu Verauli, juga mengingatkan pada hadirin yang hadir, untuk mencapai indikator pernikahan yang berhasil itu, harus kita mulai dari motif menikah yang mulia dan baik.

Adapun motif menikah yang baik adalah:
❤️ Atas dasar cinta
❤️ Ingin punya keturunan
❤️ Memiliki teman hidup

Pernikahan yang baik juga didapat dari cinta terencana. Di mana kita bisa merencanakan cinta dan mewujudkannya menjadi sebuah pernikahan di usia ideal, yaitu perempuan 20 tahun ke atas, sedangkan laki-laki 25 tahun ke atas.


Cinta Terencana Bantu Wujudkan 8 Fungsi Keluarga

Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ibu Eka Sulistya Ediningsih, Direktur Bina Ketahanan Remaja
Source: @BKKBNOfficial 

Menurut Ibu Eka Sulistya Ediningsih, Direktur Bina Ketahanan Remaja ada 8 fungsi keluarga yang meliputi:

1. Fungsi keagamaan
Keluarga adalah tempat pertama kali kita kenal dan belajar tentang agama. Di keluarga juga pondasi agama ditanamkan agar memiliki iman dan takwa dalam menjalani kehidupan.

2. Fungsi sosial budaya
Budaya Jawa, Sunda, Sumatera dan lain-lainnya mungkin tidak akan kita tahu, kalau bukan keluarga yang memperkenalkannya.

3. Fungsi cinta kasih
Saling mengasihi dan mencintai tentunya adalah dasar yang ditanamkan dalam keluarga.

4. Fungsi melindungi
Kakak wajib melindungi adiknya sebagaimana sang Ayah melindungi keluarganya. Itulah hal yang terjadi dalam keluarga.

5. Fungsi ekonomi
Ayah mencari nafkah dan ibu yang mengaturnya, fungsi dasar tentang ekonomi yang tentunya kita pelajari dari keluarga.

6. Fungsi reproduksi
Mengkhitankan anak laki-laki dan mengedukasi anak perempuannya saat menstruasi juga bagian dari fungsi reproduksi. Bukan hanya itu saja, melalui keluarga juga garis keturunan sepasang suami istri diteruskan.

7. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Melalui keluarga kita diajarkan bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menyayangi yang muda dan menghormati yang tua. Keluarga juga merupakan bagian dari pendidikan informal.

8. Fungsi pembinaan lingkungan
Dalam keluarga kita diajarkan untuk menjaga kebersihan dan senantiasa melestarikan lingkungan tempat tinggal kita.


Kegagalan itu Tidak Boleh Terulang Kembali, Kini Saatnya Membangun Cinta Terencana


Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluargaPuisi yang paling bermakna adalah keluargaMutiara tiada tara adalah keluarga

Sepenggal lagu Keluarga Cemara, makin menyadarkanku akan arti penting keluarga. Aku sadar bahwa menikah bukalah seperti masuk ke dalam sebuah restoran, di mana akan kita temui semua makanan yang lezat-lezat, tapi juga akan kita temui hal-hal yang mungkin tidak kita sukai.

Pada akhirnya aku bersyukur, apa yang orang tuaku alami, menjadi pelajaran berharga untukku agar siap membangun cinta terencana dan mewujudkan keluarga bahagia ^_^


For More Info:
Facebook : BKKBN Official
Instagram : @BKKBNOfficial
Twitter : @BKKBNOfficial 



No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D