Sunday, February 24, 2019

...

Sungguh, Kita adalah Orang yang Berhutang pada Hutan


Jangan cari aku,
Jika aku pergi ke hutan dan lama tak kembali
Aku tak tersesat, tapi menemukan diri
~ Sam Haidy

Sepenggal puisi di atas, menggambarkan perasaanku saat ini. Pulang dari acara Forest Talk with Bloggers, aku seolah mendapat insight baru seputar harmoni kehidupan. Sungguh kita adalah orang yang berhutang pada hutan.

Apa yang kita hirup, kita makan, dan kita pakai hampir semuanya bersumber dari hutan. Tapi ibarat Malin Kundang yang durhaka, banyak dari kita yang justru tak menghargainya bahkan merusaknya. Padahal hutan seperti jaminan kehidupan masa depan kita.

Bertemu para pakar yang sangat hebat di bidangnya semakin membuat aku berkaca. Betapa manusia sering kali kehilangan akal dan logika, dan sering berbuat semaunya. Lagi-lagi aku berkaca pada diri sendiri, “apa yang telah aku lakukan untuk membayar hutangku pada hutan?”.

Pertanyaan itulah, yang akhirnya mengantarkanku mengunjungi sebuah hutan kota di daerah Bekasi. Pemaparan pakar-pakar hebat kemarin benar-bener membukakan pikiranku tentang hutan. Tapi jujur, aku tak puas. Aku ingin melihat langsung bagaimana kondisi hutan di daerah sekitarku.

Tak jauh dari rumah, ada taman hutan kota yang dibangun oleh pemerintah daerah. Hutan yang hijau, sejuk dan ramai. Banyak masyarakat yang menjadikannya sebagai tempat berolahraga, bercengkrama, dan membaca.


Kukelilingi setiap sudutnya, sampai akhirnya aku menemukan sebuah papan yang berisi himbauan untuk melestarikan hutan. Sejenak pikiranku melayang. Apa jadinya kotaku tanpa hutan ini. Pasti akan gersang, panas, dan tak lagi nyaman.

Itukah yang akan terjadi 10 atau 20 tahun mendatang? Naudzubillah Mindzalik. Sungguh aku tak ingin. Kini saatnya kita membayar hutang kita pada hutan. Siapapun kita, apapun profesi kita, aku rasa semua punya perannya masing-masing demi masa depan kita semua.

Forest Talk with Bloggers: Saatnya Blogger Ambil Bagian dalam Pelestarian Hutan


Sabtu pagi, tanggal 9 Februari lalu aku berkesempatan hadir di acara Forest Talk with Bloggers. Sebuah acara yang dikemas apik, kerjasama antara Yayasan Doktor Sjahrir dan Climate Reality Project Indonesia. Tidak hanya menampilkan talkshow interaktif, undangan yang hadir juga bisa melihat mini exhibition, yang memamerkan Produk Hutan Non Kayu dan produk kreatif yang berasal dari limbah kayu, hasil dari program CSR serta icip-icip kuliner produk hutan.

Acaranya dibuka oleh Blogger Senior, Mantan Vice President ASEAN Bloggers chapter Indonesia, Amril Taufik Gobel yang bertindak sebagai MC dan ada empat pakar hebat yang memberikan pemaparannya seputar kelestarian hutan, yaitu:

  • Dr. Amanda Katili Niode, Manager Climate Reality Indonesia
  • Dr. Atiek Widayati, Tropenbos Indonesia
  • Ir. Murni Titi Resdiana, MBA, Asisten Utusan Khusus Presiden bidang Pengendalian Perubahan Iklim
  • Dr. Sri Maryati, Direktur Eksekutif Yayasan Belantara

Yayasan Doktor Sjahrir (YDS) yang bertindak sebagai pengagas acara ini, merupakan organisasi nirlaba yang dibentuk untuk meneruskan warisan alm Dr. Sjahrir dan bergerak di bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Dalam dua tahun terakhir ini, YDS telah melaksanakan serangkaian kegiatan peningkatan kapasitas kepada pemuda dan masyarakat akan pentingnya aksi nyata menghadapi perubahan iklim global khususnya pentingnya menjaga kelestarian hutan.

Senada dengan YDS, The Climate Reality Project Indonesia, bagian dari The Climate Reality Project yang berbasis di Amerika Serikat yang dipimpin oleh Mantan Wakil Presiden Al Gore, memiliki lebih dari 300 relawan yang disebut Climate Reality Leader di Indonesia yang berasal dari berbagai latar belakang. Organisasi nirlaba ini aktif melakukan sosialisasi perubahan iklim dan mendorong masyarakat menjadi bagian dari solusi.

Bumi dan Hutan Kita sedang Tidak Baik-Baik Saja


Bumi dan hutan kita bisa dibilang sedang tidak baik-baik saja. Itulah kenapa, sekarang saatnya kita membayar hutang kita pada hutan. Agar setidaknya, kondisi hutan kita tak semakin parah.

Berdasarkan catatan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut setiap tahunnya. Data Kementerian Kehutanan menyebutkan dari sekitar 130 juta hektar hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar di antaranya sudah habis ditebang. 

Membaca data ini, hatiku serasa teriris. Sampai kapan hutan kita habis ditebangi? Hal ini pula yang akhirnya menarik perhatian salah satu aktor senior Hollywood, Harrison Ford.

Tiga tahun silam, Harryson datang ke Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, dalam rangka pembuatan film dokumenter Years of Living Dangerously. Ia begitu geram mengetahui kondisi hutan di sana yang pada awalnya memiliki luas 83 ribu Ha dan kini berubah menjadi 20 ribu Ha. Hal tersebut membuatnya langsung mendesak pemerintah Indonesia untuk segera menindak tegas para perambah. 

Potret tersebut seolah menggambarkan tingginya tingkat deforestasi hutan yang terjadi di Indonesia. Yang tentunya sangat berdampak pada perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Kerusakan Hutan dan Dampaknya pada Perubahan Iklim 


Sedari awal, Dr. Kartini Sjahrir tak henti-hentinya mengingatkan kita untuk melestarikan hutan dan lingkungan. Semuanya dapat kita mulai dari hal-hal sederhana, seperti mengurangi penggunaan plastik, menggunakan produk ekonomi kreatif berbasis hutan, dan lain sebagainya. Hal itu tentunya sangat berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan dan juga mampu mengurangi emisi gas kaca.



Senada dengan Dr. Kartini Sjahrir, Dr. Amanda Katili Niode selaku Manager Climate Reality Indonesia juga memaparkan betapa emisi gas kaca saat ini membawa dampak yang sangat besar bagi perubahan iklim dunia. Tuh di dunia lho, bukan hanya di Indonesia. Contoh nyatanya adalah musim dingin di Amerika Serikat yang mencapai -40 derajat celcius dan gelombang panas di Australia yang mencapai 50 derajat celcius.

Cuaca ekstrem yang terjadi tentunya mengakibatkan banyak makhluk hidup yang mati, ekosistem yang rusak, bahkan tunawisma yang akhirnya meninggal. Dr. Amanda Katili kemudian mengingatkan, jangan salahkan alam terhadap apa yang terjadi saat ini. Kitalah sumber penyebab semuanya.



Banyak hal yang kita lakukan yang tanpa kita sadari memberikan dampak yang luar biasa terhadap perubahan iklim, yaitu pembakaran bahan bakar fosil dalam penggunaan alat transportasi, proses industri pabrik, tebang hutan untuk lahan pertanian, penggunaan CFC untuk lemari es dan aerosol, limbah gas industri, sampai penambangan batu bara.

Ada penyebab, tapi juga ada solusi yang bisa kita lakukan. Dr. Amanda Katili memaparkan langkah yang bisa kita lakukan adalah dengan:

💚Mengurangi pengunaan plastik,
💚Menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan program Perhutanan Sosial, selain bisa meningkatkan ekonomi desa, manfaatnya juga besar untuk kelestarian hutan dan lingkungan.
💚Menanam dan memelihara pohon
💚Mengonsumsi pangan lokal
💚Menjadi peneliti muda

Hutan Tak Hanya Sekedar Penghasil Kayu

Mungkin banyak dari kita yang masih mengira bahwa hutan ya penghasil kayu. Padahal banyak lho Produk Hutan Non Kayu ramah lingkungan yang bisa kita gunakan.



Seperti yang disampaikan Dr. Atiek Widayati dari Tropenbos Indonesia. FYI, Tropenbos Indonesia sudah banyak melakukan kegiatan untuk mendukung pemerintah dalam penerapan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) untuk memberdayakan masyarakat melalui pengembangan mata pencaharian berkelanjutan seperi budidaya jamur dan eko wisata dan pembangunan pembibitan.

Nah, apa sih Produk Hutan Non Kayu itu? Dr. Atiek menjelaskan produk hutan non kayu sangat beragam seperti; madu hutan, sagu, lateks, kakao, rotan, dsb. Yang perlu diingat adalah dengan menggunakan produk hutan non kayu kita sudah berkontribusi melestarikan dan mengembalikan fungsi hutan.




Hal yang sama juga di sampaikan oleh Dr. Sri Maryati, Direktur Eksekutif Yayasan Belantara, yang telah banyak berkontribusi dalam pengembangan konservasi ekosistem hutan. Yayasan Belantara merupakan salah satu institusi penyalur dana hibah (grant-making institution) yang bekerja untuk melindungi bentang alam Indonesia dengan mengembangkan program berkelanjutan di area konservasi, reforestasi dan pengembangan masyarakat berkelanjutan.



Dalam paparannya Dr. Sri Maryati kelestarian hutan dan lingkungan dapat dimulai dengan pengelolaan ekosistem berkelanjutan dan menggunakan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan kita. Energi terbarukan atau yang biasa dikenal dengan renewable energy adalah energi yang berasal dari sumber-sumber alamiah seperti sinar matahari, angin, hujan, geothermal dan biomassa.

Pohon dan Hubungannya dengan Ekonomi Kreatif Indonesia


Ir. Murni Titi Resdiana menjelaskan kurang lebih ada 5 fungsi pohon bagi manusia, yaitu sebagai sumber serat, sumber pewarna alam, bahan kuliner, sumber furniture, dan sumber barang dekorasi. Fungsi tersebut jika dimanfaatkan dengan maksimal maka akan memajukan sektor ekonomi kreatif Indonesia.



Hal itulah yang aku temukan di mini exhibition acara Forest Talk. Berbagai produk hasil olahan dari pohon, seperti kain, tas rotan, kerajinan tangan, bahkan produk rumah tangga seperti minyak, gula, kopi dan bumbu dapur aku temukan di sana.



❤️Rumah Rakuji

Tempat di mana budaya, kerajinan dan seni Indonesia bisa berkembang. Rumah Rakuji mengakomodir pengrajin-pengrajin di daerah agar kerajinannya dapat dipasarkan secara luas. Di kempatan kemarin aku memakai salah satu produk dari Rumah Rakuji, seperti kain dan tas rotan. kainnya aku suka, cantik sekali. Aku pribadi nggak nyangka kain yang di produksi oleh Suku Dayak ini begitu indah dan memikat hati.


❤️Javara

Sedari dulu rempah-rempah Indonesia memang terkenal seantero jagat raya, sayangnya banyak dari kita yang justru tidak memanfaatkannya dengan baik. Bertemu dengan Javara rasanya aku seperti diajak back to nature. Melalui produk olahannya yang sehat dan tentunya alami kita bisa turut melestarikan lingkungan, memajukan ekonomi kreatif dan tentunya hidup lebih sehat.



Forest Talk Ajak Blogger untuk Semangat Melestarikan Hutan


Menjadi Blogger rasanya seperti perpanjangan tangan dari banyak pihak. Dan sebuah tanggung jawab besar untukku membagikan ilmu dan pengalaman yang aku dapat dari acara Forest Talk with Blogger beberapa waktu lalu.

Di postingan kali ini aku juga ingin mengajak semua pembacaku untuk melakukan apapun yang kita bisa untuk berkontribusi pada kelestarian hutan. Cukup mulai dari hal kecil dan sederhana yang kita bisa.

Terimakasih Yayasan Doktor Sjjahrir, The Climate Reality Project Indonesia, Yayasan Belantara, Rumah Rakuji, Javara, dll yang telah menyadarkan kita semua akan pentinya menjaga kelestarian hutan. Detail informasi mengenai kelestarian hutan bisa diakses di www.lestarihutan.id

Jadi gimana kamu siap membayar hutang pada hutan???




32 comments:

  1. Ekonomi kreatif akan membawa kita perbaikan ekonomi keluarga warga sekitar hutan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Termasuk dalam berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan dan jalan yang diperbaiki

    ReplyDelete
  2. Wah senang sekali berada dalam acara ini ya, ilmu Kehutananku jadi bisa terasah lagi baca artikel ini. Memang kalau bukan kita siapa lagi ya pedulu dengan hutan.

    ReplyDelete
  3. Jadi inget film animasi apa gitu lah yang pernah saya tonton. Tapi, masih ingat banget jalan ceritanya. Tentang suatu kota yang udah gak punya hutan sama sekali. Habis dipakai untuk industri. Akhirnya untuk bisa bernapas aja manusia harus beli oksigen galon.

    Ngeri sih kalau membayangkan suatu saat kayak begini beneran kejadian. Makanya harus disayang deh hutan Indonesia

    ReplyDelete
  4. Baru tau kalau bekasi punya hutan kota hehee. Pacakaging javara lucu yaa bikin gemaash. produknya udah dijual bebas di supermarket kah mba?

    ReplyDelete
  5. Ah benar yaaa...kita banyak berhutang pada hutan. Langsung kepo sama Javara juga jadinya nih. Bentuk ekonomi kreatif yang membawa manfaat untuk kehidupan kita yaaa

    ReplyDelete
  6. Damai deh baca tulisan ini.. beneran menggambarkan kondisi hutan dan pentingya hujan bagi kehidupan kita semua.. aku suka banget tentang tulisan hutan.. bagaimanapun juga hutan itu harus kita jaga dan lestarikan.. ngeri kalo bencana datang yang bersumber dari kurang lestarinya hujan

    ReplyDelete
  7. Aku jadi inget iklan layanan masyarakat yg ngomongin hutan. Yg judulnya Banyak Pohon Banyak Rezeki.

    Kita dan mereka adalah satu, satu memberi satu menerima.
    Itulah jalinan kita dengan pohon, dengan hutan.
    Dikota ini, air, udara dan teduh kita bergantung padanya.
    Melindungi mereka berarti melindungi masa depan kita.
    Banyak pohon banyak rejeki.

    ReplyDelete
  8. Senang dengan kalimat bahwa bumi dan hutan sedang tidak baik-baik saja. Memang agak miris dengan prilaku manusia dewasa ini. Untuk meraksasakan bisnis maka pembalakan terjadi di mana-mana, tanpa melihat ntar anak-cucu mau hidup gimana kalau hutan sudah tidak baik. Tapi beneran tulisannya jadi buat aku lebih peka lagi untuk menjaga lingkungan lebih baik.

    ReplyDelete
  9. Saya juga miris setiap membaca kondisi hutan di Indonesia yang memprihatinkan. Apalagi saat nonton di tv tentang kebakaran hutan di Riau yang dampaknya sangat luar biasa. Semoga kedepannya makin banyak organisasi yang mengajak kita semua untuk bergerak melindungi hutan... Tentunya dg hal-hal positif seperti diatas agar hutan di Indonesia tetap lestari.

    ReplyDelete
  10. Sis, kainnya cakep banget!
    tentang rotan yaa aku pernah dengar cerita, rotan di Kalimantan itu bagusss banget kualitasnya. Sayangnya, saat dijual berupa rotan mentah jadi nilai jualnya ya rendah. Andai udah diolah jadi satu produk apa gitu kan lebih bermanfaat.

    ReplyDelete
  11. Pantesan sekarang di Bandung kalo lagi panas gerah banget dan kalo subuh dinginnya suka keterlaluan, akibat cuaca ekstreme yah mbak.

    Pelan2 kita emang harus ngubah gaya hidup yah mbak dan lebih peduli ama lingkungan

    ReplyDelete
  12. Alam sekarang memang sedang tidak baik-baik saja. Dulu di kampungku adem, sekarang panas banget. Hutan atau kebun belakang rumah tidak serindang dulu. Kalau aku paling bantu dg menanam pohon/bunga. Lumayan lah buat hasilin oksigen

    ReplyDelete
  13. Bunda setuju banget akan jawaban yg diberikan oleh aura hutan bahwa "aku tidak baik-baik saja." Masyarak yg sadar akan pentingnya menjaga keasrian lingkungan harus didukung oleh pemda setempat agar kesinambungan dan kediplinan bisa terjaga. Tapi akan mampukah kita? Yuk, kita kembaLikan kpd individu masing2. Teras rumahku yang home sweet home penuh dngn tanaman dlm pot-pot yg in shaa Allah ini akan membantu keluargaku menghirup udara yg bersih. Aamiin.

    ReplyDelete
  14. Betul banget mbak, kita berhutang pada hutan, terutama untuk semua kenyamanan ini, masih bisa menghirup oksigen meski cuma sedikit dan masih ada air tanah untuk minum. Sudah saatnya kita membayar hutang dengan cara ikut menjaga kelestarian hutan dan menjaganya dari kerusakan

    ReplyDelete
  15. Iya, sepakat banget, Mba. Kita memang berhutang banyak pada hutan, udara bersih yang kita hirup ini adalah salah satu dari manfaat hutan yang harusnya kita syukuri :)

    ReplyDelete
  16. Kalo hutan semakin rusak, akan banyak banget bahaya yang mengintai kita; kekeringan, iklim yang semakin panas, udara yang tercemar dan masih banyak dampak buruk lain yang tentu sangat merugikan kita :)

    ReplyDelete
  17. Saya tinggal di dekat gunung mba. Disini udah banyak orang yang bikin rumah di daerah sini. Karena lebih murah dan kalau kerja di Bandung, di Bandung Timur yaa dkt gunung itu lumayan murah. Kadang pengen berbuat banyak untuk lingkungan. Dimulai dengan menjaga teras yg banyak tanaman, rajin nyiram tanaman gitu yang bisa dilakuin sekarang

    ReplyDelete
  18. Bener banget kita berhutang pada hutan. Hutan jantungnya bumi. Semoga kita bisa lebih peka dan peduli ya ... makasi mba ada tipsnya keren

    ReplyDelete
  19. Dari judulnya saja udah berasa ketampar banget. Thanks for sharingnya ya mbak. Meski nggak ikut event di atas tapi setidaknya lewat postingan ini saya juga seolah ikut melek akan pentingnya melestarikan hutan.

    ReplyDelete
  20. Baca ini aku langsung inget banget pas tinggal di Siak Riau. Hampir setiap tahu ada aja kasus kebakaran hutan, hickz. Yang bikin sedih sampai aku harus ngungsi je Batam karena asap tebal gara gara kebakaran hutan

    ReplyDelete
  21. such an interesting talk you have here mba..and true, forest has been very instrumental in our life

    ReplyDelete
  22. Walau mereka hidup di pedalaman tapi hasil karya suku Dayak memang mempesona dan memiliki nilai jual tinggi karena masih di buat tangan trampil

    ReplyDelete
  23. Aku jadi ngerasa gimana gitu kak pas baca papan peringatan di hutan kota yang kita datangi kemarin itu, "jagalah hutan terakhir yang kita miliki ini", iya bener Bekasi emang udah maju pesat tapi hutannya pun berkurang dengan amat cepat sampai hanya tersisa satu hutan kota itu aja

    ReplyDelete
  24. Iyup, hutan menjaga keseimbangan alam ya. Kalo ga ada hujan, udah kena banjir terus deh kita. Semoga pemerintah dan kita semua bisa melestarikannya.

    ReplyDelete
  25. Mbak Yayasan Dr. Sjahrir ini sebenarnya bergerak di bidang apa ya? Apakah khusus kehutanan atau gmn?
    Wah bagus nih jd menggalakkan hasil hutan nonkayu ya? Memang hasil hutan tu banyak sih ya gak cuma kayu aja yg bisa dimanfaatkan.

    ReplyDelete
  26. Kita banyak bgt ya berutang budi ke alam, khususnya hutan yg selalu menjaga oksigen kita. Pemakaian kayu baiknya diganti dgn yg non kayu, mungkin itu yg harua ditingmatkan ya Mba :)

    ReplyDelete
  27. Aku nih melihat sendiri gimana hutan Kalimantan habis. Berjuta-juta lahan hijai dulu kalo diliat dari pesawat sekarang ganti jadi gersang dan kebun sawit

    ReplyDelete
  28. Hutangku banyak banget pada hutan, belasan tahun aku kerja di pabrik yang mengekspor kayu ke luar negeri. Puluhan ribu kubik mungkin jumlahnya ya tebangan dari Hutan Papua. Uwwhh... nyesek sekarang kalau inget itu.

    Soal hutan ini memang dilematis ya. Di satu sisi, negara butuh pemasukan dari komoditas non gas bumi. Di sisi yang lain, sustainable forest-nya enggak berjalan lancar. Sungguh problema negara berkembang yang hingga kini belum teratasi.

    Bagi pihak yang belum terlanjur nyemplung dalam bisnis kayu, memang sebaiknya mengikuti saran dari para pakar di artikel ini. Masih banyak lahan bisnis lainnya dari sektor kehutanan yang tidak mengeksploitasi kayunya. Semoga terus hijau, Indonesiaku.

    ReplyDelete
  29. Iya banget, kita tanpa hutan pasti sudah mati sejak lama. Ya untuk rumah, ya untuk makanan, ya untuk oksigen. Tapi kita lupa dan lalain dengan hutannya sendiri. Semoga dengan banyaknya acara kayak gini bikin kita jadi inget dengan hutan. Kasihan anak cucu kita jika hutan terus rusak dan jumlahnya semakin sedikit. :(

    ReplyDelete
  30. Sepakat banget kita memang berhutang pada hutan. Jadi alangkah baiknya yg bakar hutan dihukum berat. Itu rumah Rakuji bisa dibeli online ga karyanya?

    ReplyDelete
  31. Saat ini yang baru bisa kulakukan hanyalah mengurangi penggunaan sampah plastik aja mbak, semoga kedepan bisa lebih banyak membayar hutang pada hutanku yang ada di sekitaran Batam :)

    ReplyDelete
  32. halo mba novi. saya nina. salam kenal ya

    ReplyDelete

Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D