Monday, April 16, 2018

...

Jangan Biarkan TB Laten Renggut Masa Depan Anak Indonesia


“Sudahlah miskin, sakit TB pula! Sepertinya Tuhan memang tidak sayang pada kita”, ungkap seorang ibu pada suaminya sambil menahan tangis.

Entah kenapa, aku yang mendengarnya ikut meneteskan air mata. Kisah ini dialami oleh ibu dari temanku. Aku lihat betul bagaimana perlahan-lahan Tuberkulosis menggerogoti tubuhnya. Makin hari tubuhnya makin tak berdaging. Ia hanya terbaring di tempat tidur, bahkan sebagian paru-parunya pun sudah diangkat karena rusak.

Temanku sering bercerita bagaimana perjuangan ibunya melawan TB. Sebagai teman, aku hanya bisa mendoakan agar ibunya lekas sehat. Tapi ada satu hal yang aku dan temanku lupa, bahwa orang terdekat dengan penderita TB, amat sangat berpotensi tertular.

Tak berselang lama, temanku ini sering terlihat lesu, batuk dan susah bernapas. Bahkan ia juga sering tak masuk sekolah. Rupanya ia terdiagnosa TB laten.

*****

Kini hampir tujuh tahun berselang, tapi pengalaman temanku masih membekas di ingatan. Betapa TB bisa merenggut kebahagiaan kita dan keluarga.

Awalnya aku mengira Tuberkulosis atau TB, ya TB saja. Nggak ada jenisnya, atau macam-macamnya. Tapi ternyata, begitu mengikuti Blogger Forum Treat Latent TB for ‘TB Free World’ yang diadakan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan Sanofi Indonesia, aku jadi makin paham.

Aku dan teman-teman dari KEB (Kumpulan Emak Blogger) diajak untuk mengenali dan mewaspadai TB dan TB Laten pada anak. Hadir dalam acara tersebut, dua pembicara hebat, yaitu:

dr. Wahyuni Indrawati Sp. A (K), selaku perwakilan dari IDAI
dr. Arya Wibitomo, perwakilan dari Medical Director Sanofi Indonesia

dr. Arya - dr. Wahyuni

Tuberkulosis pada Anak

TB disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebar melalui udara. Anak dapat tertular TB dari kontak dengan pasien TB dewasa. Cara penularannya TB terhadap anak yang paling sering terjadi adalah melalui saluran pernapasan.

Ketika pasien TB dewasa batuk, bersin atau bicara akan menghembuskan bakteri TB ke udara di sekitarnya. Bila bakteri ini terhirup oleh anak, maka anak dapat terinfeksi. Namun, tidak semua anak yang menghirup bakteri pasti tertular, tergantung dari daya tahan tubuh anak tersebut.


Menurut data yang ada, tahun 2016 total insiden TB pada anak dalam kelompok usia 1-14 tahun sebanyak 1.507 insiden atau 9,04% dari total insiden tuberkulosis pada semua usia yang berjumlah 351.893 insiden. Dan mayoritas dari insiden TB pada anak menyerang paru-paru, hanya sekitar 20-30% TB pada anak yang menyerang organ lain seperti kelenjar getah bening, usus dan tulang.


dr. Wahyuni Indrawati Sp. A (K), menjelaskan, umumnya TB pada anak berkembang di daerah KuMis PaJoko, yaitu Kumuh Miskin Padat Jorok dan Kotor. Karena itu, penting sekali untuk kita memastikan daerah tempat tinggal kita bersih dan terbebas dari penyebaran bakteri TB. 


Tentang TB dan TB Laten pada Anak

Pada dasarnya, anak yang terinfeksi bakteri TB dapat menyebabkan dua kondisi, yaitu TB laten dan penyakit TB.

TB Laten

Anak dengan TB Laten, terinfeksi mycobacterium tuberculosis tetapi tidak terkena penyakit TB, yaitu suatu kondisi di mana bakteri tersebut berada di tubuh anak, namun tidak aktif menyerang serta tidak berkembang biak.

Yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah, anak dengan TB Laten tidak merasakan sakit dan tidak menunjukkan gejala apa pun. Bahkan mereka beraktivitas layaknya anak sehat pada umumnya.

Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah anak terkena TB Laten atau tidak adalah dengan melakukan pemeriksaan darah atau tes kulit (skin test) TB.

Faktanya adalah sebanyak 5 dari 10% anak dengan TB Laten memiliki risiko mengidap penyakit TB jika tidak diketahui sejak dini dan tanpa penanganan yang tepat. Hal ini karena TB Laten pada anak, tidak menunjukkan gejala yang spesifik.

Bersyukurnya adalah anak dengan TB Laten dapat bersekolah dan beraktivitas seperti biasa sambil menjalani pengobatan, karena TB Laten tidak menularkan TB kepada orang dewasa atau anak yang lain.



Penyakit TB

Anak dengan penyakit TB terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis dan bakteri tersebut aktif menyerang sistem kekebalan tubuh anak serta berkembang biak.

Anak dengan gejala TB lebih mudah dikenali karena menunjukkan gejala-gejala tertentu meskipun bersifat tidak khas, namun tetap perlu diperhatikan.

Anak dengan penyakit TB tidak selalu menularkan pada orang di sekitarnya, kecuali anak tersebut menderita TB BTA (Bakteri Tahan Asam) positif atau TB Tipe dewasa, yaitu TB pada anak dengan gambaran menyerupai TB pada dewasa ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak.



Kenali Gejala TB pada Anak

Gejala TB pada anak sering kali bersifat umum (tidak khas) dan terkadang mirip dengan gejala penyakit lain, sehingga menyulitkan diagnosa awal dan berdampak pada kesalahan penanganan. Namun orang tua diharapkan tetap waspada dengan beberapa gejala umum, sebagai berikut:

  • Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik secara signifikan dalam 1 bulan sejak diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
  • Demam lama (lebih dari 2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas. suhu tubuh demam umumnya tidak tinggi.
  • Batuk lama (lebih dari 3 minggu, batuk tidak pernah reda atau intensitas semakin lama semakin parah.
  • Nafsu makan tidak ada atau berkurang.
  • Lesu. Anak kurang aktif bermain.
  • Diare terus menerus (lebih dari 2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan dasar diare.


Yuk, Lakukan Pencegahan TB pada Anak

Kalau bukan kita sebagai orang tua, siapa lagi yang akan menjaga masa depan anak-anak kita. Seperti kita tahu TB membahayakan anak, karena anak belum memiliki imunitas yang baik, dan tentunya TB dapat merusak mimpi-mimpi dan masa depannya. Adapun langkah-langkah pencegahan yang bisa kita lakukan untuk agar anak terbebas dari TB adalah:
  • Pemberian vaksinasi BCG
  • Memberikan makanan yang bergizi dan seimbang pada anak
  • Menjaga lingkungan rumah agar senantiasa bersih, tidak lembap dan cukup sinar matahari.
  • Menjaga dan melindungi anak agar tidak berkontak langsung dengan pasien TB dewasa.



Pengobatan TB pada Anak

Pengobatan TB pada anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan profilaksis (pengobatan pencegahan). Terapi TB diberikan kepada anak yang sakit TB, sedangkan profilaksis TB diberikan kepada anak yang kontak erat dengan pasien TB menular (profilaksis primer)atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis sekunder).

Berikut adalah 3 hal penting dalam tata laksana TB pada anak:
  1. Pengobatan dengan kombinasi 3-4 jenis obat TB
  2. Pengobatan TB membutuhkan waktu 6-12 bulan, tergantung dari tingkat infeksi bakteri TB
  3. Kunci keberhasilan pengobatan TB adalah kepatuhan dan keteraturan dalam meminum obat.


dr. Arya Wibitomo menjelaskan, saat ini pemerintah terus berusaha mengupayakan kesuksesan terapi TB dengan mencoba memperpendek waktu terapinya. Dan kita sebagai masyarakat, tentu harus membantu pemerintah dengan menggalakkan TOSS TB.

Baca juga: Cegah Tuberkulosis dengan TOSS TB

Kondisi dan kendala Diagnosa TB pada Anak

Beberapa hal berikut ini adalah alasan TB masih sulit tertangani di Indonesia karena itu butuh kesadaran dari kita, agar dapat menekan laju TB dan mewujudkan Indonesia bebas TB:

  • Gejala TB pada anak bersifat umum (tidak khas) sehingga menyulitkan diagnosa awal, oleh karena itu orang tua harus segera melakukan konsultasi ke dokter
  • Kendala utama diagnosa kasus TB anak di Indonesia adalah kurangnya alat diagnosa yang ‘ramah anak’ dan sistem pencatatan dan pelaporan kasus TB yang tidak memadai.
  • Diperkirakan banyak anak menderita TB yang tidak mendapat penanganan yang tepat dan benar yang menyebabkan peningkatan dampak negatif pada morbiditas dan moralitas anak.



Kini saatnya kita kenali dan obati TB Laten pada anak, agar tidak ada lagi anak yang menderita karena TB. Aku percaya langkah kecil kita amatlah berarti untuk menyelamatkan mereka, karena kalau bukan kita, lantas siapa lagi?

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D