Ada satu momen yang selalu bikin aku terharu tiap kali lihatnya: seorang ibu menyusui bayinya. Bukan cuma karena itu momen intim penuh cinta, tapi juga karena aku tahu, di balik aktivitas yang terlihat sederhana itu, ada perjuangan panjang, ada sistem yang (sayangnya) belum sepenuhnya berpihak, dan ada budaya yang sesungguhnya kaya akan nilai, tapi mulai tergeser oleh gempuran modernitas.
Tahun 2025 ini, Indonesia (dan dunia) masih punya PR besar soal menyusui. Pemerintah menargetkan cakupan ASI eksklusif sampai 80%, sementara WHO berharap global rate naik minimal 50% untuk bayi di bawah 6 bulan. Kedengarannya ambisius, tapi ketika melihat fakta bahwa gempuran susu formula masih super agresif, ruang laktasi di tempat kerja baru tersedia di sekitar 30% perusahaan (Data Kemenaker 2023), dan konseling menyusui sering mahal atau susah diakses, aku jadi sadar: perjalanan menyusui bukan cuma urusan ibu dan bayi, tapi sebuah ekosistem yang kompleks.