Ada satu hal yang selalu bikin aku amazed setiap kali baca cerita perempuan yang berani keluar dari zona nyaman: keberanian mereka untuk take charge dan bikin sesuatu yang impactful. Salah satunya aku temuin lewat kisah Anggiasari Mawardi (Anggi), founder Anggia Corp.
Anggi mulai bisnis fashion modest dari hal sederhana: kebutuhan busana. Tapi dari situ dia grow pelan-pelan, sampai akhirnya brand-nya bisa tembus pasar luar negeri, Filipina, Thailand, bahkan UK dan Perancis. Dari Bandung, karyanya bisa jalan-jalan ke dunia. And honestly, that’s the kind of story we need more of.
Tapi yang bikin aku reflektif bukan cuma soal fashion-nya. It’s about how she embraces digitalization. Di Anggia Corp, hampir semua lini udah digitalized, dari penjualan, layanan pelanggan, administrasi, sampai manajemen stok. Dan itu jadi game changer. Karena let’s be real, tanpa sistem digital, bisnis sekelas Anggia mungkin bakal stuck di level lokal.
Why Digitalization Matters More for Women
Sebagai perempuan, aku bisa relate banget sama tantangan juggling antara banyak peran. Kadang kita harus jadi ibu, pekerja, bahkan entrepreneur, all at once. Dan jujur, digital tools itu bisa jadi life saver.
Aku inget banget waktu dulu pertama kali manage small project sendiri, aku masih sangat manual. Semua catat di buku, komunikasi via WA (sounds ancient now, right?), dan sering kali missed deadlines karena nggak ada sistem yang proper. Kalau dulu aku udah kenal solusi digital plus internet bisnis stabil kayak Indibiz, mungkin semuanya bakal lebih smooth.
That’s why aku ngerasa digitalization bukan cuma soal bisnis, tapi juga soal woman empowerment. Dengan akses internet bisnis dan solusi digital, perempuan punya peluang lebih besar untuk scale up bisnisnya, tanpa harus kehilangan fleksibilitas dalam menjalani peran lain di hidup mereka.
Indibiz as an Enabler
Nah, di titik ini aku makin ngerti kenapa banyak pelaku bisnis, termasuk Anggia, mulai lirik Indibiz dari Telkom Indonesia. Karena Indibiz itu bukan sekadar “internet bisnis kenceng”. They provide business-grade connectivity dan digital solutions yang emang relevan sama kebutuhan industri.
Harga paketnya mulai dari 300 ribuan, speed bisa sampai 300 Mbps. Kedengerannya teknis banget, tapi kalau aku kaitkan sama pengalaman pribadi, this is about giving women the freedom to run businesses tanpa drama buffering, tanpa error saat upload katalog produk, atau tanpa panik pas lagi meeting virtual sama partner luar negeri.
Dan aku suka banget mindset ini: digitalization bukan lagi privilege, tapi necessity. Especially buat perempuan yang pengen buktikan bahwa bisnis mereka bisa bersaing bukan hanya di pasar lokal, tapi juga global.
The Bigger Picture: Women in Digital Economy
Sebagai dosen, aku sering diskusi sama mahasiswa tentang masa depan kerja. Dan aku selalu bilang, digital economy adalah ruang besar buat perempuan. Why? Karena di sini value kita nggak melulu diukur dari fisik atau kehadiran, tapi dari ide, kreativitas, dan kemampuan adaptasi.
Cerita Anggia jadi bukti nyata. Dari ide sederhana, dia pakai kekuatan digital untuk bangun brand yang punya value dan soul. Hasilnya? Produk modest fashion yang anggun dan sustainable, plus brand second line AM by Anggia yang memanfaatkan dead stock untuk menciptakan desain unik. Semua itu resonate dengan generasi muda yang makin peduli sama sustainability.
It’s empowering. It’s impactful. And it’s made possible karena ada digital backbone yang support dari belakang.
Kalau aku tarik ke diri sendiri, aku belajar bahwa woman empowerment itu nggak bisa dilepaskan dari akses. Akses ke pendidikan, akses ke teknologi, dan tentu aja akses ke internet yang reliable. Dengan semua itu, perempuan bisa punya panggung yang sama untuk bersuara, berkarya, dan bersaing.
So yes, digitalization is not just about efficiency, it’s about equity. Dan solusi kayak Indibiz bisa jadi jembatan penting supaya lebih banyak perempuan bisa jadi game changers di dunia bisnis.
Karena kalau Anggia bisa bawa karyanya dari Bandung sampai ke UK, mungkin giliran kita berikutnya. The only question is: are we ready to embrace the digital?
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D