Friday, August 29, 2025

...

Menyusui Bukan Perjuangan Sendiri: Kolaborasi Dompet Dhuafa untuk GenerASI Emas 2045

 


Ada satu momen yang selalu bikin aku terharu tiap kali lihatnya: seorang ibu menyusui bayinya. Bukan cuma karena itu momen intim penuh cinta, tapi juga karena aku tahu, di balik aktivitas yang terlihat sederhana itu, ada perjuangan panjang, ada sistem yang (sayangnya) belum sepenuhnya berpihak, dan ada budaya yang sesungguhnya kaya akan nilai, tapi mulai tergeser oleh gempuran modernitas.


Tahun 2025 ini, Indonesia (dan dunia) masih punya PR besar soal menyusui. Pemerintah menargetkan cakupan ASI eksklusif sampai 80%, sementara WHO berharap global rate naik minimal 50% untuk bayi di bawah 6 bulan. Kedengarannya ambisius, tapi ketika melihat fakta bahwa gempuran susu formula masih super agresif, ruang laktasi di tempat kerja baru tersedia di sekitar 30% perusahaan (Data Kemenaker 2023), dan konseling menyusui sering mahal atau susah diakses, aku jadi sadar: perjalanan menyusui bukan cuma urusan ibu dan bayi, tapi sebuah ekosistem yang kompleks.


Kolaborasi yang Penting: Menyusui dalam Budaya Nusantara 




Nah, di tengah tantangan itu, hadir sebuah inisiatif menarik: Talkshow Menyusui dalam Budaya Nusantara yang digelar Dompet Dhuafa dalam rangka Pekan Menyusui Sedunia 2025. Acara ini bukan berdiri sendiri, tapi jadi hasil kolaborasi dengan berbagai instansi: Kementerian Kesehatan, AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), LKC Dompet Dhuafa, serta para akademisi dan praktisi kesehatan.


Kolaborasi lintas sektor ini penting banget. Karena, let’s be real, isu menyusui nggak bisa hanya ditangani satu pihak. Dibutuhkan sinergi kebijakan, dukungan masyarakat, dan juga penguatan budaya agar menyusui bisa benar-benar jadi pilihan utama, bukan sekadar opsi.


The Reality Check: Breastfeeding Isn’t Just Personal, It’s Political




Kalau dipikir-pikir, menyusui itu sebenarnya bukan cuma keputusan pribadi seorang ibu. Ada campur tangan kebijakan, ada peran keluarga, ada support system dari lingkungan kerja, bahkan ada intervensi budaya populer.


Di sisi regulasi, pemerintah sudah bikin PP No. 33 Tahun 2012 tentang ASI eksklusif dan PP No. 28 Tahun 2024 yang lebih ketat soal pemasaran susu formula. Ditambah lagi, ada UU No. 4 Tahun 2024 tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak yang menegaskan hak ibu, bayi, bahkan hak pendonor ASI. Jadi, secara hukum, kita aman. Tapi di lapangan? Ceritanya jauh lebih rumit.


Bayangin seorang ibu pekerja di kantor yang jam kerjanya padat, deadline menumpuk, tapi ruang laktasi di kantornya nggak ada. Harus pumping di toilet atau di mobil. Kebayang capeknya? Atau seorang ibu muda di desa yang pengen banget kasih ASI eksklusif tapi keluarganya lebih percaya iklan susu formula yang katanya bikin bayi cepat pintar. Support system yang rapuh bikin perjuangan menyusui seolah jadi jalan sendiri.


Menariknya, talkshow ini nggak cuma bicara soal regulasi dan teori medis. Ada juga  konsultasi laktasi dan forum diskusi. Apalagi kemarin dipaparkan mengenai budaya menyusui kita. Honestly, aku merasa ini fresh banget. Kadang kita terlalu fokus lihat ke Barat, ikut cara parenting modern dari TikTok, Instagram, atau jurnal kesehatan internasional, sampai lupa bahwa Nusantara punya kearifan lokal soal menyusui.


Masyarakat Baduy, misalnya, punya budaya parenting yang erat dengan alam. Bayi dekat dengan ibunya, proses menyusui berlangsung natural, tanpa banyak distraksi komersial. Di sana, menyusui bukan cuma soal nutrisi, tapi bagian dari ritme hidup sehari-hari. Kalau dipikir-pikir, di balik gaya hidup yang kita anggap “tradisional”, ada wisdom yang justru relevan banget buat zaman sekarang: sustainability, connection, simplicity.


Suara yang Kuat untuk Perubahan




Supaya isu ini nggak hanya jadi obrolan, Dompet Dhuafa menghadirkan deretan pembicara yang punya kredibilitas tinggi:

  • Yudi Latif, Ph.D. – Dewan Pembina YDDR, yang bicara soal membangun GenerASI kuat dan cerdas menuju Indonesia Maju.
  • Nia Umar, S.Kom, MKM, IBCLC – Ketua AIMI, mengupas tuntas peran keluarga dan masyarakat dalam keberhasilan menyusui.
  • dr. Asti Praborini, Sp.A, IBCLC, FABM – praktisi kesehatan yang menjelaskan tentang 10 LMKM (Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui) dan akses fasilitas kesehatan terjangkau.
  • Ditambah testimoni dari penyintas relaktasi, yang memberi wajah nyata dari perjuangan menyusui di lapangan.


Buatku pribadi, line up pembicara ini menarik banget karena menggabungkan perspektif akademis, praktis, dan personal. Jadi bukan sekadar teori, tapi ada cerita nyata yang relatable.


Menyusui & Stunting: The Bigger Picture


Di luar aspek personal dan budaya, ada isu besar yang bikin menyusui makin urgent: stunting. Pemerintah Indonesia serius banget mengejar target “GenerASI bebas stunting 2045”. Dan salah satu jalannya ya lewat ASI eksklusif.


Kenapa? Karena kolostrum dan kandungan ASI punya peran vital membentuk imun, tumbuh kembang otak, dan kesehatan jangka panjang bayi. Kalau bayi gagal mendapat itu, efeknya bukan cuma ke individu, tapi ke generasi bangsa.


Aku pribadi merasa, membicarakan ASI itu nggak bisa dilepaskan dari konteks sosial kita. Kita lagi hidup di era cepat, serba instan, serba praktis. Tapi justru di situlah ASI eksklusif hadir sebagai pilihan paling “sustainable” alami, ekonomis, dan berdampak panjang.


Mungkin PR kita sekarang bukan cuma bikin regulasi, tapi benar-benar menciptakan lingkungan kondusif. Karena sehebat apapun niat seorang ibu, kalau sistem di sekelilingnya masih toxic, perjalanan menyusuinya akan berat.


So, next time kalau lihat ibu menyusui di ruang publik, jangan heran atau komentar aneh-aneh. Kalau punya teman atau kolega yang lagi pumping di kantor, jangan malah bikin ribet. Instead, mari kita jadi bagian kecil dari support system itu.


Karena kalau dipikir-pikir, ASI itu bukan sekadar soal nutrisi. It’s about building a stronger, smarter, and healthier future generation. Dan siapa tahu, kontribusi kecil kita hari ini, entah dengan memberi ruang, mendukung, atau sekadar tidak menghakimi, bisa jadi bagian dari cerita besar bangsa menuju GenerASI emas 2045.






No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D