Kalau ada satu tempat di mana obrolan serius bisa terasa hangat dan dekat, menurutku itu ada di PARARA Mini Festival 2025. Event ini sukses digelar di Taman Literasi Martha Tiahahu, Blok M Jakarta, pada 12–13 September 2025 kemarin, dengan tema besar yang catchy banget: #CareEatLove.
Tapi jujur, yang paling bikin aku excited bukan sekadar liat produk lokal atau nyobain kuliner nusantara, melainkan talkshow-nya. Karena di sini, kita nggak cuma diajak duduk manis, tapi juga diajak mikir bareng: soal bumi, soal pangan, bahkan soal identitas kita sebagai orang Indonesia.
Climate Change & Food Security: Dari Lahan ke Meja Makan
Salah satu isu utama yang dibahas adalah perubahan iklim. Mungkin kita sering baca berita tentang El Niño, gagal panen, atau harga beras naik. Tapi di talkshow PARARA kemarin, obrolannya tuh lebih membumi.
Bayangin, para pembicara keren sharing soal gimana petani di desa harus berhadapan dengan musim yang makin nggak bisa ditebak. Kadang hujan deras, kadang kekeringan panjang. Akhirnya, hasil panen jadi nggak stabil. Dan itu ujung-ujungnya sampai ke kita di kota. Yah, you guess what, makanan jadi lebih mahal, pilihan makin terbatas.
Di titik ini, kita bakal sadar: climate crisis itu bukan cuma isu lingkungan, tapi juga isu dapur. Apa yang ada (atau nggak ada) di piring kita sehari-hari itu dipengaruhi banget sama kondisi bumi.
Why Young People Don’t Want to Be Farmers
Topik lain yang seru banget: kenapa anak muda jarang mau jadi petani. Let’s be honest, buat sebagian besar generasi muda, jadi petani itu nggak keren. Image-nya capek, kotor, penghasilan nggak pasti.
Nah, di talkshow kemarin, ada diskusi tentang gap antara kebutuhan pangan yang terus naik dengan jumlah petani muda yang makin sedikit. Kalau semua anak muda fokus ke sektor lain, terus siapa yang bakal jaga lahan, tanam padi, rawat rempah, atau panen buah?
Yang menarik, beberapa pembicara juga menghighlight gimana sebenarnya pertanian bisa jadi future-proof job kalau kita bisa integrasikan teknologi, bisnis kreatif, dan social media. Imagine jadi petani yang juga content creator, yang bisa jual hasil panennya langsung via digital platform, sambil bikin orang kota lebih dekat sama pangan lokal. That’s a game changer, right?
Wastra Nusantara: More Than Just Fashion
Nggak cuma pangan, wastra Indonesia juga jadi highlight talkshow kemarin. Kalau kamu suka kain tradisional, seperti batik, tenun, songket, kamu bakal suka sesi ini.
Tapi bukan sekadar bahas motif atau gaya pakai. Diskusinya lebih dalam: gimana wastra itu bagian dari identitas budaya sekaligus sumber penghidupan bagi banyak komunitas, terutama perempuan di daerah.
Di tengah gempuran fast fashion, talkshow ini ngajak kita reflect: kenapa penting buat support wastra lokal? Karena setiap kain punya cerita. Ada tangan-tangan ibu yang menenun berhari-hari, ada filosofi dalam tiap motifnya, ada kearifan lokal yang dijaga lewat tradisi.
Dan yang keren, sekarang makin banyak desainer muda yang nge-blend wastra dengan fashion modern. Jadi bukan cuma dipakai di acara formal, tapi juga bisa jadi daily outfit. It’s about making tradition alive, relevant, and stylish.
PARARA Mini Festival 2025 Super Insightful
Buat aku pribadi, talkshow di PARARA itu semacam reminder. Bahwa isu besar kayak climate change atau ketahanan pangan itu sebenarnya nyambung banget sama keseharian kita. Bahwa jadi petani itu bukan pekerjaan “kelas dua”, tapi profesi yang literally menyelamatkan masa depan bangsa. Dan bahwa pakai wastra itu bukan cuma soal gaya, tapi soal respect ke budaya kita sendiri.
Asli rasanya happy banget bisa ikutan PARARA mini festival kemarin, karena dari satu obrolan di sana, aku pulang dengan perspektif baru, tentang bumi, tentang pangan, bahkan tentang siapa kita sebagai generasi muda Indonesia. Aku berharap banget, event PARARA Mini Festival bisa digelar kembali di tahun mendatang.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D