Kalau ditanya apa mimpi besarku dalam hidup, aku dengan lugas akan menjawab menjadi seorang pengusaha sukses. Mengembangkan apa yang menjadi passion, membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain dan membantu masyarakat sekitar, ahh rasanya begitu membahagiakan.
Sebenarnya, aku pernah memiliki pengalaman mengelola usaha sendiri yang bisa dibilang cukup besar. Beberapa tahun lalu, aku memiliki sebuah bimbingan belajar dengan jumlah murid yang cukup banyak, bahkan pernah diliput oleh salah satu harian berita ekonomi. Bukan hanya itu saja, perusahaan asal Malaysia juga sempat bekerja sama perihal software braingym mereka.
Namun harus kuakui, membangun sebuah usaha itu bukan hal yang mudah. Butuh tenaga dan kerja keras yang luar biasa, hingga usaha yang kita bangun bisa menuai sukses. Karena minimnya pengalaman dan kurang baiknya perkembangan ekonomi saat itu, cukup mempengaruhi usaha yang aku bangun. Alhasil, cashflow usahaku lumayan kacau dan berakhir dengan ditutupnya bimbingan belajarku.
Sedih? Pasti. Sedih luar biasa. Bukan maksud hati untuk menyerah pada keadaan. Tapi, memang aku memutuskan untuk mundur dan memperbaiki diri serta konsep untuk kemudian dapat melangkah dengan lebih mantap lagi.
Yang aku sadari adalah selalu ada hikmah dari setiap permasalahan. Aku sadar, aku masih harus banyak belajar. Terutama perihal bisnis dan segala tetek bengeknya. Makanya, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan. Menghadiri seminar, diskusi, hingga sharing dengan pengusaha sukses kerap aku lakukan.
Proyeksi Ekonomi 2019 dan Tantangan KUKM
Seperti beberapa waktu lalu, aku berkesempatan menghadiri Diskusi Panel “Proyeksi Perekonomian 2019, Peluang dan Tantangan Bagi KUKM”. Acara yang betul-betul menghadirkan insight baru dalam memandang bagaimana sesungguhnya ekonomi Indonesia di tahun mendatang dan tantangan apa saja yang akan dihadapi pengusaha KUKM.
Kabar baiknya adalah banyak ekonom yang optimis sektor usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM akan dapat tumbuh lebih tinggi di tengah dinamika perekonomian global dan domestik pada tahun 2019 nanti.
Keyakinan itu bukan tanpa dasar, mengingat peluang industri pada 2019, khususnya UMKM dapat tumbuh lebih tinggi di tengah era digital. Terlebih tahun depan adalah tahun politik. Platform perdangan digital atau e-commerce juga menjadi center point yang membantu pemasaran produk-produk UMKM.
Selain itu, keberadaan transportasi online yang juga memudahkan proses distribusi UMKM hingga ke level daerah sehingga membuat proses pengantaran menjadi lebih cepat dan murah.
Terlebih lagi, dinamika ekonomi global seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China, yang selain membawa tantangan, juga menyimpan peluang bagi pelaku UMKM seperti yang bergerak di bidang elektronik.
Dalam diskusi panel kemarin, Kepala Biro Perencaan Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi juga mengungkapkan rasa optimisnya terkait sektor ekonomi Indonesia yang dinilai akan lebih baik di tahun 2019.
"Secara makro jelas koperasi dan UKM terjadi pertumbuhan yang signifikan, dapat dilihat dari peningkatan kontribusi UKM dan koperasi yang naik setiap tahunnya terhadap PDB Indonesia," ujar Zabadi.
Di kesempatan yang sama, Coorporate Secretary dan Chief Economist BNI, Ryan Kiryanto menyatakan meski bulan depan Federal Reserve System (The Fed) atau bank sentral Amerika Serikat bisa dipastikan akan menaikan Federal Funds Rate (FFR) atau suku bunga antarbank, namun pihaknya optimis Indonesia dapat bertahan.
Bukan rahasia lagi jika ekonomi global akan mempengaruhi ekonomi negara berkembang seperti Indonesia. Termasuk mempengaruhi nilai kurs mata uang rupiah lantaran dollar AS menguat.
Seperti halnya ketika Amerika Serikat merubah suku bunganya maka terjadi kenaikan inflasi yang tajam yang pada akhirnya telah memberikan pukulan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan APBN 2019 diperkirakan masih pada kisaran nilai tukar Rp.15 ribu.
Sementara itu, pelaku UKM Du'Anyam (social enterprise) Juan Firmansyah, menyebutkan pelaku UKM di Indonesia harus mampu berpikir global. Terlebih lagi, perilaku konsumen saat ini sudah mengalami perubahan dari konvensional menjadi online. "Kita harus mengembangkan website yang mendisplay seluruh produk kita hingga bisa dinikmati seluruh dunia," kata Juan.
Dari ketiga praktisi ekonomi di atas, rasanya aku kembali mereview diri apa saja yang harus aku persiapkan dan matangkan, jika ingin kembali membuka usahaku di tahun 2019 nanti. Btw, temen-temen ada yang punya usaha atau berniat membuka usaha nggak? Share di kolom komentar yaa ^_^
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D