Thursday, July 2, 2020

...

Dear Moms, Yuk Cegah Alergi Si Kecil dengan Lakukan Deteksi Sejak Dini!


Asli kaget banget sih, waktu aku tahu kalau ternyata anak lebih berisiko terkena alergi sekitar 2-4 kali lipat jika ibu atau kedua orang tuanya memiliki alergi. Hiks, seketika aku merasa bersalah pada Syauqi dan Raisha.

Jadi kemarin, aku ikut Webinar Bicara Gizi bareng Danone SN Indonesia, banyak banget yang akhirnya kini aku sadari dan pahami soal gizi dan juga alergi. Yup, memang yang namanya orang tua nggak boleh berhenti belajar ya.

Yang sering baca blogku pasti tahu deh, kalau anak pertamaku Syauqi memiliki Dermatitis Atopik. Pantas aja, waktu kecil kulit Syauqi sering banget gatal, luka dan kemerahan setelah minum susu. Jujur saat itu aku belum kepikiran soal alergi, yang aku pikirkan hanya, ‘oh mungkin susunya kurang cocok di Syauqi’.

Baca Juga: Yuk, Kenali Dermatitis Atopik dan Cara Mengatasinya!

Pas sharing sama ibu, kemudian ibu menyuruhku untuk stop dulu memberikan susu pada Syauqi. Alhamdulillahnya, nafsu makan Syauqi terbilang bagus. Ia pun nggak pernah pilih-pilih makanan. Jadilah, aku tidak terlalu khawatir kalau Syauqi nggak minum susu.

Dan tahu nggak sih, ternyata dalam dua dekade terakhir ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat adanya peningkatan angka kejadian alergi pada anak Indonesia, bahkan alergi susu sapi pada dermatitis atopik ditemukan hingga 60%. Dan yang membuat aku khawatir adalah alergi yang terjadi pada awal kehidupan juga akan meningkatkan manifestasi risiko manifestasi alergi di masa depan.


Bersyukur rasanya aku mengetahui semua itu dari Webinar Bicara Gizi. Jadi, dalam rangka menyambut Pekan Alergi Dunia (World Allergy Week), Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia memperkuat edukasi mengenai pentingnya screening risiko alergi dan manajemen nutrisi yang tepat untuk pencegahan alergi pada anak.

Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes, Konsultan Alergi dan Imunologi Anak menjelaskan bahwa dampak alergi lebih dari sekedar gejala yang dialami anak. Alergi memiliki dampak yang signifikan bagi si Kecil, keluarga bahkan masyarakat.

“Bagi si Kecil, alergi dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif, seperti obesitas, hipertensi dan sakit jantung. Selain itu, anak dengan alergi juga dapat mengalami keterlambatan pertumbuhan apabila terlambat diagnosa dan penanganan kurang optimal. Sementara dampak ekonomi yang harus dihadapi keluarga adalah meningkatnya biaya pengobatan dan biaya tidak langsung.”

Apa yang dikatakan Prof. Budi bikin aku semakin paham, kalau anak dengan alergi cenderung memiliki rangkaian penyakit alergi seiring bertambahnya usia. Bahkan ya diturunkan ke generasi berikutnya huhuhu. Makanya nih, sadar banget kalo deteksi dini risiko alergi itu penting banget.

Jadi, alergi itu bisa dideteksi dan dicegah sejak dini dengan menelusuri riwayat alergi keluarga dan pemberian nutrisi yang tepat untuk mendukung sistem imun yang lebih baik. Hal itu tentu memudahkan orang tua untuk mengasuh dan memberikan nutrisi yang tepat agar tidak semakin memicu alerginya kan. Aku sempat menyesal tak cek alergi lebih dini pada Syauqi.

Prof. Budi juga mengatakan ASI (Air Susu Ibu) dan nutrisi lengkap dan seimbang akan mendukung perkembangan sistem imun anak. Nutrisi kombinasi prebiotik dan probiotik (sinbiotik) merupakan salah satu nutrisi yang dapat mendukung sistem imun anak dalam menurunkan risiko alergi.

Nah, yang harus disadari adalah adanya disfungsi terhadap sistem kekebalan tubuh, baik itu dari faktor genetik maupun lingkungan, dapat menyebabkan reaksi alergi dan berbagai efek yang berpengaruh negatif jangka panjang, tidak hanya bagi anak tapi juga bagi orang tua lho. Selain dampak kesehatan, anak dan orang tua juga dapat menderita dampak psikologis, serta konsekuensi sosial dan ekonomi bagi keluarganya.

Aku masih inget banget, gimana sedih dan stressnya aku perihal dermatitis atopik yang dialami Syauqi. Jujur yang lebih terdampak adalah aspek psikologisku sebagai orang tua. Dibilang joroklah, dibilang nggak becus urus anaklah, inilah, itulah. Kata-kata itu lumayan bikin aku stress hiks. Tapi Alhamdulillah, semua sudah berlalu.

Mungkin apa yang Syauqi dan aku rasakan adalah salah satu contoh kecil dari dampak alergi yang sedemikian besar. Dan melihat dampak jangka panjang alergi yang harus dihadapi orang tua dan si Kecil, Danone SN Indonesia berkomitmen untuk menawarkan inovasi terkait deteksi risiko alergi maupun manajemen nutrisi.


Untuk membantu orang tua mengetahui risiko alergi sejak dini, Danone SN Indonesia menghadirkan Allergy Risk Screener by Nutriclub untuk mempermudah orang tua mengetahui besar risiko alergi anak berdasarkan riwayat alergi keluarga. Selain itu, Danone juga menyediakan inovasi nutrisi dengan kandungan sinbotik yang sudah dipatenkan.

Allergy Risk Screener by Nutriclub yang diluncurkan sejak Maret 2020 ini telah diakses sebanyak lebih dari 20.000 kali oleh orang tua di Indonesia. Tools digital ini dapat membantu orang tua maupun tenaga ahli dalam mendeteksi risiko alergi si Kecil hingga membantu pemberian edukasi mengenai pencegahan alergi sejak dini dan membantu mempersingkat waktu konsultasi. Allergy Risk Screener by Nutriclub dapat diakses pada: bit.ly/allergyriskscreener

Alhamdulillah, bersyukur rasanya kini ada tools digital yang memudahkan para orang tua mendeteksi dini risiko alergi pada anak. Apa yang dilakukan Danone benar-benar sangat mengedukasi betapa pentingnya langkah-langkah pencegahan alergi yang harus dilakukan orang tua, tentunya agar tidak terjadi dampak negatif yang lebih besar. Terimakasih Danone SN Indonesia ^_^

1 comment:

  1. Assalamualaikum..mbak
    Blogwalking, Singgah perdana nih.

    Wah aplikasi yang luar biasa. Mendeteksi alergi sejak dini memang sangat bermanfaat, sebab alergi adalah "bakat" yang mempunyai manifestasi ringan hingga yang mengancam jiwa.

    keep posting yang bermanfaat. :)

    ReplyDelete

Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D