Setiap orang tua pasti mendambakan anaknya tumbuh sehat, cerdas dan juga aktif. Tapi, untuk mengoptimalkan pertumbuhan anak bukanlah urusan mudah lho. Berbagai upaya tentu perlu dilakukan orang tua, mulai dari memberi makanan yang bergizi, memberi stimulasi, memberikan pengasuhan yang baik, sampai imunisasi.
Ngomongin soal imunisasi, aku punya pengalaman yang cukup unik, yang rasanya sayang jika tidak dibagikan untuk buibu lainnya. Keluargaku bisa dibilang terbagi dalam dua kubu, kubu vaksin dan kubu anti vaksin.
Aku pribadi sih menghargai pendapat mereka, bersyukur perbedaan pendapat itu tidak menimbulkan konflik. Mereka sangat menghargai apapun keputusanku. Begitupun denganku yang sangat menghargai pendapat mereka, tentunya sambil terus mencari informasi yang valid. Agar infomasi itu kelak akan kubagikan pada mereka.
Menikah di usia muda memang membuatku harus banyak belajar dalam hal mengasuh anak, ya termasuk soal imunisasi itu. Anak pertamaku, Syauqi alhamdulilah telah lengkap diimunisasi. Namun, berbeda dengan anak keduaku Raisha, yang sama sekali tidak diimunisasi.
Bukan, bukan karena aku tak sayang Raisha, tapi karena saat Raisha lahir, merebak informasi tentang ketidakhalalan vaksin yang digunakan untuk imunisasi. Sebagai orang tua muda, bingung sekali rasanya. Karena itulah Raisha kemudian batal diimunisasi.
Kini, Syauqi dan Raisha sudah besar. Mereka sudah bersekolah. Dan aku sampai dengan saat ini masih terus belajar dalam hal pengoptimalan tumbuh kembang mereka.
Rasa-rasanya memang seorang ibu tidak boleh berhenti belajar ya. Alhamdulillah beberapa waktu lalu, aku hadir di acara Pekan Imunisasi Dunia 2019. Bertempat di Widham Hotel di bilangan Tebet, aku bersama undangan yang hadir banyak belajar dari pakar-pakar yang kompeten membahas perihal imunisasi.
Latar Belakang Pekan Imunisasi Dunia
FYI, World Immunization Week atau Pekan Imunisasi Dunia diprakarsai pada Sidang Kesehatan Dunia (World Health Assembly) Mei 2012 lalu. Waktu pelaksanaannya jatuh pada minggu keempat bulan April setiap tahunnya. Dan PID ini sudah dilaksanakan lebih dari 180 negara lho, termasuk di Indonesia.
Adapun yang melatarbelakangi diselenggarakannya PID adalah karena ada 19,9 juta anak-anak di dunia yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sampai dengan tahun 2018. Dan berdasarkan data yang ada, 61% di antaranya berada di 10 negara, yaitu: India, Nigeria, Indonesia, Pakistan, Angola, Congo, Iraq, Ethiopia, South Africa, dan Brazil.
Pasti banyak buibu yang penasaran, kenapa sih Indonesia turut berkontribusi di Pekan Imunisasi Dunia. PID sendiri tentunya dilaksankan dengan tujuan sebagai berikut:
- Menunjukkan nilai penting dan manfaat imunisasi untuk kesehatan anak-anak dan masyarakat dunia
- Mengatasi kesenjangan cakupan imunisasi melalui peningkatan investasi program
- Menyampaikan bahwa imunisasi rutin lengkap merupakan dasar untuk kesehatan yang kuat, tangguh dan cakupan universal.
Pada akhirnya, aku sendiri semakin sadar bahwa imunisasi sangat penting dilakukan guna menghasilkan kekebalan (imunitas), mencegah penyakit yang menyebabkan kematian & kecacatan, dan juga memenuhi hak anak.
Pulang dari acara PID kemarin, aku jadi sedikit worry perihal Raisha yang tidak di Imunisasi. Ternyata anak yang tidak dimunisasi bisa memberikan dampak negatif lho. Adapun dampak negatif anak yang tidak diimunisasi adalah
- Anak tidak mempunyai kekebalan terhadap mikroorganisme ganas (patogen)
- Anak dapat meninggal atau cacat sebagai akibat menderita penyakit infeksi berat
- Anak akan menularkan penyakit ke anak/dewasa lain
- Penyakit tetap berada di lingkungan masyarakat
Pulang dari acara PID Aku semakin menyadari betapa imunisasi memiliki peran yang sangat penting bagi anak-anak Indonesia. Semoga semua ibu kini menyadari betapa pentingnya Imunisasi demi generasi masa depan yang lebih sehat dan kuat.
ngeri ya efek negatifnya.. sekarang raisha udah diimunisasi blm kak?
ReplyDelete-Traveler Paruh Waktu