Sebagai seorang ibu dengan dua buah hati, aku bersyukur luar biasa. Allah memberikanku dua anak manis, yang tidak pernah merepotkan. Mereka sangat kooperatif dan mengerti kesibukan orang tuanya.
Mungkin aku adalah ibu beruntung, karena anak-anakku memiliki tumbuh kembang yang optimal, karena ternyata di luar sana, banyak ibu dan juga keluarga yang harus berjuang lebih keras, agar anaknya bisa sehat dan kuat.
Melalui Bicara Gizi, yang diselenggarakan oleh Nutrisi Bangsa beberapa waktu lalu aku jadi tahu, kalau ternyata menurut Data Indonesia Heart Association, angka kejadian Kelainan Jantung Bawaan (KJB) di Indonesia diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup atau 9:1.000 kelahiran hidup setiap tahun.
Angka yang tidak kecil ya. Dan ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki PR besar terkait Kelainan Jantung Bawaan pada anak.
Kebayang nggak sih, anak dengan PJB memiliki kelainan pada fungsi maupun struktur jantung.
Padahal, jantung dibutuhkan untuk memompa darah supaya mengalir ke seluruh tubuh untuk membawa oksigen dan nutrisi bagi tiap sel tubuh.
Meningkatnya pengeluaran energi dan asupan nutrisi yang tidak memadai membuat anak mudah kelelahan, napas pendek, hingga pingsan.
Ketidakseimbangan energi jika tidak diatasi dengan tepat dapat menyebabkan terjadinya maltnutrisi dan gagal tumbuh. Untuk itu perlu perhatian ekstra dari orangtua dan orang-orang sekitar agar anak dengan KJB bisa tumbuh sehat dan kualitas hidupnya lebih baik.
Nah, bertepatan dengan Hari Jantung Sedunia yang jatuh pada 29 September, digelar diskusi daring bertajuk “Pentingnya Dukungan Nutrisi Tepat untuk Optimalkan Tumbuh Kembang Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan”.
Bicara Gizi ini menghadirkan Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi Rahmat Budi Kuswiyanto dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik I Gusti Lanang Sidiartha.
Membaca Gejala dan Deteksi Dini Anak dengan KJB
Dalam Bicara Gizi kemarin, aku jadi mengerti tentang gejala dan bagaimana kita sebagai orang tua dapat mendeteksi dini terkait KJB ini. Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi Rahmat Budi Kuswiyanto memaparkan, saat lahir tidak semua anak dengan KJB menunjukkan gejala.
Pemeriksaan saturasi oksigen pada anak baru lahir dapat menjadi pemeriksaan dalam deteksi dini penyakit jantung bawaan.
Tindakan pertama yang dilakukan bila ditemukan gejala adalah stabilisasi dan pertolongan pertama untuk memperbaiki keadaan umum.
Selanjutnya, kontrol rutin sesuai anjuran untuk memantau perkembangan penyakit, diagnosis KJB, dan penentuan intervensi. Dan pada praktiknya, penanganan KJB disesuaikan dengan jenis kelainan dan tingkat keparahannya.
Meski telah mendapatkan intervensi, anak dengan KJB masih mengalami tantangan kesehatan. Anak dengan KJB mengalami pertumbuhan terus menerus, memiliki komposisi tubuh yang bervariasi, dan membutuhkan energi yang adekuat.
Untuk itu, orangtua memiliki peran penting dalam deteksi dini adanya KJB dan mengoptimalkan perawatan dan intervensi bila terindikasi untuk meningkatkan usia harapan hidup dan kualitas hidup anak dengan KJB.
Rekam Medis hingga Jejak Psikologis Sangat Penting pada Anak KJB
Yang orang tua harus pahami adalah keberhasilan penangananan anak dengan KJB dapat mengoptimalkan tumbuh kembang dan meningkatkan kualitas hidup anak. Menurut dr. Rahmat, adapun tujuan penanganan KJB berorientasi untuk mencapai:
1. Medical Goals. Yakni meningkatkan kapasitas fungsional, mengontrol faktor risiko, mencegah progresivitas penyakit, dan mengurangi risiko kematian.
2. Health Service Goals. Yakni mengurangi waktu perawatan, penggunaan obat-obatan, dan perawatan ulang.
3. Psychological Goals. Yakni meningkatkan kualitas hidup dan kepercayaan diri, mengatasi kecemasan dan depresi anak.
5. Social Goals, agar anak dapat menjalani kehidupan sosial.
dr. Rahmat juga mengingatkan, merawat anak dengan KJB tidak sama dengan anak normal.
Orangtua dari anak dengan KJB harus selalu memastikan anak mendapatkan penanganan dan perawatan sesuai kondisinya untuk mencapai empat goals tersebut.
Cegah Malnutrisi Anak dengan KJB dengan Meminimalisasi Risiko Ketidakseimbangan Energi
Sementara Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik I Gusti Lanang Sidhiarta menjelaskan, anak dengan kelainan jantung bawaan (KJB) memiliki risiko yang signifikan terjadinya ketidakseimbangan energi yang dapat menyebabkan malnutrisi.
Kebutuhan gizi terutama energi dan protein pada anak KJB lebih besar dari yang direkomendasikan berdasarkan kebutuhan fisiologis, usia dan berat badan.
Sementara toleransi volume cairan terbatas karena adanya disfungsi jantung.
Oleh karena itu, terapi nutrisi pada anak dengan KJB adalah dengan memastikan kalori dan protein yang cukup untuk memfasilitasi kenaikan berat badan.
Bentuk paling umum terapi nutrisi pada anak di atas 1 tahun yang mengalami KJB adalah penggunaan formula tinggi kalori sehingga mengurangi volume cairan yang diberikan.
Perbaikan gizi anak dengan KJB dapat mencegah/menurunkan angka kesakitan dan kematian, mendukung tumbuh kembang yang optimal, dan memberikan angka keberhasilan operasi koreksi jantung dengan hasil yang lebih baik, serta kualitas fisik dan mental yang optimal di masa depan.
Untuk para Moms, yang memiliki pengalaman seputar anak dengan KJB, share di kolom komen yuk, biar jadi pembelajaran untuk kita semua^_^
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D