Tuesday, December 11, 2018

...

Jelajah Labirin Waktu di Museum Tanah Bogor


Real museums are places where time is transformed into space – Orhan Pamuk

Museum adalah tempat di mana waktu bertransformasi menjadi ruang. Ada sebuah pengalaman spesial ketika kemarin aku berkunjung ke salah satu museum yang ada di Kota Bogor, yaitu Museum Tanah. Begitu masuk, ambiencenya terasa sangat berbeda. Aku seperti dipaksa tenggelam dalam labirin waktu, di mana Indonesia masih menjadi negeri gemah ripah lojinawi.

Labirin itu jelas sekali menunjukan Indonesia negeri surgawi di mana tongkat, kayu dan batu jadi tanaman. Monolit-monolit yang menghiasi museum, seolah menjadi penanda hal itu pernah ada, dan akankah terus bertahan itulah yang menjadi pertanyaannya.

Tiba-tiba pandanganku terhenti pada sebuah batu yang berada di bagian depan museum. Batu itu tampak berkilau. Jika diperhatikan dari dekat, tampak butiran-butiran menyala seperti berlian. Awalnya aku heran, kenapa batu seindah ini dipajang di museum Tanah.

Rupanya ada satu hal yang aku lupa. Batu dan tanah ibarat ibu dan anak yang tak bisa dipisahkan. Tanah berasal dari batu yang melapuk karena bantuan organisme. Hasil pelapukan tersebut kemudian membentuk lapisan-lapisan yang biasa kita sebut dengan horison tanah.

Wah, batunya bagus banget, kaya ada berliannya.”, sambar temanku. Perkataannya seolah menyadarkanku dari labirin waktu. Kini, di tahun 2018 ini, sangat banyak perubahan yang terjadi. Ada yang baik dan juga ada yang buruk.

Harus diakui memang, bahwa kondisi tanah pertanian di Indonesia jauh lebih buruk dibanding dengan dahulu. Semua itu karena pembangunan yang mau tidak mau harus berjalan. Namun, hadirnya Museum tanah seolah menjadi kabar baik di tengah kekhawatiran itu.

Sekilas tentang Museum Tanah


Dok: Mh. Kholis

Sejak dilaunching 5 Desember 2017 lalu, Museum Tanah yang berlokasi di Jln. Ir. H. Juanda 98 Bogor, semakin hari semakin ramai. Pengunjung datang silih berganti, mulai dari pelajar, mahasiswa, peneliti bahkan masyarakat umum dari dalam dan luar negeri.

Seperti yang aku bilang, masuk ke Museum Tanah siapa pun pasti bisa merasakan keunikannya. Bangunannya adalah bangunan peninggalan Belada yang dibangun sejak tahun 1880. Itu yang membuat Museum Tanah ini memiliki nilai historis yang tinggi sebagai warisan IPTEK dan budaya. Selain itu, Musem ini juga memiliki warisan dokumen hasil penelitian tanah berupa publikasi ilmiah dan peta-peta tanah sejak jaman pemerintah Hindia Belanda hingga kini.

Masuk ke bagian dalam museum, kita akan melihat jejeran mikro monolit tanah yang diambil dari seluruh pelosok tanah air, di mana informasi dalam mikro monolit ini sangat penting untuk pengelolaan tanah bagi pertanian nasional. Melalui mikro monolit, kita juga bisa mengetahui kualitas tanah pertanian, dan jenis tanaman apa yang cocok untuk ditanam di sana.


Tak hanya monolit, banyak juga koleksi Museum Tanah lainnya, yang semuanya merupakan potensi perkembangan ilmu tanah nasional dan menjadi rujukan ilmu tanah internasional terutama tanah-tanah tropika. Wajar rasanya, jika ilmu tanah nasional menjadi rujukan dunia, mengingat di Musem Tanah sendiri terdapat koleksi 10 ordo monolit dari total 12 ordo yang ada di dunia. Dua ordo yang tidak ada hanya gurun dan kutub.

Saatnya Museum Tanah Bogor Go Internasional



Mendapat undangan dari Pustaka Kementerian Pertanian dan Kelas Blogger merupakan suatu kehormatan untukku. Aku jadi tahu bahwa tanah pertanian memiliki nilai yang begitu penting bagi kehidupan suatu bangsa. Seperti kata Bill Gates, “Investasi di bidang pertanian adalah senjata terbaik untuk melawan kelaparan dan kemiskinan, yang telah memperbaiki kehidupan miliaran orang”.

Ah, seketika aku membayangkan betapa seru rasanya menjadi peneliti tanah pertanian, dan bisa main setiap saat ke Museum Tanah yang kini menjadi ikon Kota Bogor.

Dalam rangka memperingati Hari Tanah Sedunia, Pustaka Kementerian Pertanian, selaku Pengelola Museum Tanah bekerja sama dengan Konsil Pusaka dan Balai Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) menggelar open house dan menggaet generasi millenial untuk datang mengunjungi museum. Hal itu karena, Kementerian Pertanian berencana menjadikan Museum Tanah bertaraf Internasional.


Memang bukan pekerjaan mudah, menjadikan Museum Tanah Bogor agar bertaraf Internasional, namun dengan tekad yang kuat dan terus memperbaiki diri apa yang tidak mungkin, ya nggak?

Aku sih optimis hal itu akan segera terwujud, mengingat Kementerian Pertanian terus melakukan berbagai persiapan seperti mengumpulkan artefak dari seluruh Indoensia, mencari literatur sejarah pertanian, sampai bekerjasama dengan stakeholder terkait.

Nah, untuk kamu yang mau tahu tentang gambaran kondisi pertanian di masa lalu serta kebijakan dan program pemerintah saat ini, juga bagaimana mimpi pembangunan pertanian di masa depan, kamu bisa mampir dan lihat sendiri koleksi-koleksi yang ada di Museum Tanah dan rasakan sendiri pengalaman “Lingking the past to the future” yaa ^_^

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D