Tuesday, November 30, 2021

...

Pahami Tantangan dan Penanganan Kesehatan Ibu dan Anak Kelahiran Prematur

 


Semua orang tua pasti memahami, bahwa bayi yang lahir prematur tentu butuh perawatan khusus dan lebih sensitif dibandingkan bayi yang lahir cukup bulan. Namun apakah semua orang tua paham mengenai tantangan dan penanganan kesehatan bagi ibu dan anak kelahiran prematur? Mari kita bahas secara mendetail ya! 

Menurut riset dari organisasi kesehatan dunia (WHO), 1 dari 10 anak lahir prematur. Setiap tahun diperkirakan 15 juta anak di seluruh dunia lahir sebelum waktunya. Di Indonesia sendiri, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019 menunjukkan bahwa 84% kematian pada anak yang baru lahir disebabkan oleh kelahiran prematur.

Memangnya apa sih prematur itu? 
Secara definisi, bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Semakin pendek masa kehamilan, tentu semakin besar risiko kematian dan morbiditas. Anak yang lahir secara prematur memiliki risiko lebih tinggi lahir dengan masalah kesehatan serius dan jangka panjang. 



Bertepatan dengan Hari Prematur Sedunia, Danone Specialized Nutrition Indonesia (Danone SN Indonesia) menyelenggarakan #BicaraGizi yang mengangkat tema Tantangan dan Penanganan Kesehatan bagi Ibu dan Anak Kelahiran Prematur, dengan menghadirkan pembicara Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K) – Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal dan Dr. dr. Putri Maharani TM, Sp.A(K) – Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatalogi. 

Dalam webinar tersebut, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K) memaparkan, faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kelahiran prematur dapat dikategorikan dalam 3 karakteristik, yaitu: 

Karakteristik ibu 
Karakteristik ibu terkait usia, kebiasaan merokok, dan kondisi psikologis ibu. 

Karakteristik nutrisi 
Faktor risiko berdasarkan karakteristik nutrisi terkait indeks massa tubuh, kenaikan berat badan selama kehamilan, kebiasaan makan, kebiasaan minum kopi, dan konsumsi suplementasi. 

Karakteristik kehamilan. 
Faktor risiko berdasarkan karakteristik kehamilan meliputi riwayat persalinan, riwayat memiliki anak kembar, masalah kesehatan selama kehamilan, dan riwayat pemeriksaan USG. 

Lebih lanjut, dr. Rima menjelaskan bahwa, 

“Riwayat kelahiran dapat meningkatkan risiko prematur bagi ibu yang memiliki riwayat abortus (1,9 kali lebih berisiko), riwayat persalinan prematur (3 kali lebih berisiko), dan riwayat persalinan sesar (2,9 kali lebih berisiko). Selain itu, usia ibu melahirkan kurang dari 19 atau lebih dari 35 tahun, stress maternal yang dialami ibu, dan jumlah cairan ketuban yang tidak normal juga dapat meningkatkan risiko preterm.” 

Di kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatalogi Dr. dr. Putri Maharani TM, Sp.A(K) menjelaskan Kesulitan utama dalam kasus prematur ialah perawatan anak lahir prematur. Anak lahir prematur mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaannya. 

Lalu bagaimana cara penanganannya? 

Penanganan Kesehatan Anak Kelahiran Prematur 




Pada umumnya perkembangan organ tubuh bayi prematur belum sepenuhnya sempurna, berat badannya juga sangat kecil. Karena itu, butuh perawatan dan perlakuan khusus untuk mendukung perkembangan jangka panjang. 

"Anak lahir prematur mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya, seperti paru, jantung, ginjal, dan sistem pencernaannya," papar dokter spesialis anak konsultan neonatologi, Putri Maharani. 

dr. Putri juga menekankan pentingnya penanganan yang tepat dimulai sejak bayi lahir, antara lain memilih rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap, terutama dalam penanganan gangguan pernapasan yang sering dialami bayi prematur. 

Selain itu, salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif selama perawatan bayi prematur adalah menjaga agar berat badan lahir berada dalam kondisi yang optimal untuk tumbuh kembang, salah satunya dengan menerapkan developmental care

Prinsip developmental care ini meliputi keterlibatan keluarga, meminimalkan stres, dan mengoptimalkan pemberian ASI, sebagai nutrisi yang terbaik bagi bayi. Tidak sampai di situ saja, orangtua dan keluarga juga harus memberikan perawatan yang tepat sehingga bayi merasa nyaman. 

Faktor kenyamanan ini sangat penting karena dapat menurunkan metabolisme tubuh yang pada akhirnya dapat meningkatkan saturasi oksigen. Faktor kenyamanan dapat dilakukan dengan membangun ikatan yang kuat (bonding time) antara orang tua dan si kecil seperti melakukan metode kanguru, dan mempertahankannya sesuai usia pertumbuhan anak.

Orang tua juga harus melakukan pemantauan berkala, perawatan, dan penanganan khusus tumbuh kembang anak kelahiran prematur, seperti memantau berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi secara rutin saat memeriksakan kesehatan anak ke dokter. 

Pemberian simulasi sejak dini juga penting dilakukan karena dapat membantu terbentuknya multiple intelligent. Kombinasi antara pemberian stimulasi dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang oleh tenaga medis dan orangtua dapat membantu menemukan penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga intervensi atau rencana tindakan akan lebih mudah dilakukan. 

Danone SN Indonesia Berikan Edukasi Pencegahan Kelahiran Prematur 


Webinar kemarin juga sekaligus menjadi momen Danone SN Indonesia dalam mengkampanyekan Zero Separation, ACT NOW! dengan menyelenggarakan Bicara Gizi  sebagai bentuk edukasi tentang pencegahan dan penanganan kesehatan bagi Ibu dan anak kelahiran prematur. 

Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia, menyampaikan, 

“Kami memahami bahwa pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, selain memastikan pertumbuhan biologis anak dalam keadaan baik, memastikan status gizi baik dengan pemberian ASI, dan meningkatkan bonding time perlu digiatkan agar tumbuh kembang si Kecil optimal. Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya para orangtua tentang pentingnya pencegahan dan penanganan secara tepat kelahiran prematur bagi Ibu dan si Kecil.” 



Lebih lanjut, dr. Rima juga menjelaskan bahwa hal utama yang harus dilakukan adalah memberikan edukasi untuk mendukung kehamilan yang sehat, konsultasi kepada ahlinya, dan memahami faktor risiko kelahiran prematur. 

Selain itu, usia ibu melahirkan kurang dari 19 atau lebih dari 35 tahun juga tergolong bersiko. Stres maternal yang dialami ibu dan jumlah cairan ketuban yang tidak normal juga dapat meningkatkan risiko preterm. 

Adapun salah satu upaya untuk menurunkan risiko kelahiran prematur dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi tepat melalui suplementasi Omega 3, Zinc, Vitamin D3, atau multi-mikronutrien. Dan deteksi dini kelahiran prematur melalui website www.nutriclub.co.id atau akun instagram @nutriclub_id ya!

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D