Friday, July 1, 2022

...

Pola Asuh Kolaboratif Bantu Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi

 


Setiap orang tua pasti menginginkan buah hatinya sehat serta tumbuh dan berkembang dengan optimal. Namun tidak bisa dipungkiri, hal tersebut tidak semudah yang dibayangkan ya. Terlebih di masa transisi seperti ini. 

Tidak dipungkiri masa transisi saat ini seperti memiliki dua sisi. Di mana satu sisi berisi harapan dan kebahagiaan akan kehidupan normal kembali, tapi di sisi lainnya juga membawa tantangan pada kita, selaku orang tua tentang tumbuh kembang anak di masa transisi ini. 

Bersyukurnya kemarin, aku mengikuti webinar Danone Indonesia dalam rangka Hari Keluarga Nasional 2022 dengan tema Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi, dengan menghadirkan pembicara dr. Irma Ardiana, MAPS Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH, dan Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101 Cici Desri. 

Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi 




Pasti semua setuju deh, kalau hampir dua tahun ini berbagai pembatasan fisik dan sosial akibat pandemi menyebabkan masalah kesehatan yang mempengaruhi emosional, mental, dan perkembangan terutama pada anak. 

Anak-anak usia dini kehilangan tingkat interaksi yang merupakan tonggak penting bagi perkembangan sosial emosionalnya. Dan kini memasuki masa transisi, orangtua maupun anak mulai memiliki rutinitas baru dan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sosial yang menuntut adanya upaya adaptif. 

Tentu ini menjadi tantangan tersendiri ya, Moms. Makanya tiap keluarga diharapkan bisa merespon secara secara memadai terhadap perubahan yang diperlukan dan menguatkan fungsi-fungsi keluarga agar mampu menghadapi situasi yang tidak diinginkan. 



Nah, dalam webinar kemarin Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin mengatakan bahwa momen transisi menjadi kesempatan baik untuk mengasah dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, utamanya dalam perkembangan sosial emosional, kecerdasan otak dan sistem pencernaan yang sehat pada anak. 

Anak usia dini pada dasarnya rentan karena mereka bergantung pada orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan paling dasarnya. Karena itu Danone Indonesia memahami bahwa anak membutuhkan lingkungan terdekatnya untuk merangsang dan memberikan kesempatan tumbuh kembang yang optimal.

“Sebagai perusahaan yang ramah keluarga, Danone Indonesia juga memberikan dukungan kepada para orangtua agar si Kecil dapat tumbuh optimal melalui pemberian cuti melahirkan bagi karyawan kami yakni cuti 6 bulan bagi ibu dan 10 hari bagi ayah. Kami juga secara aktif memberikan edukasi seputar kesehatan dan nutrisi untuk publik seperti halnya dalam Bicara Gizi hari ini. Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kolaborasi orangtua untuk dapat memberikan stimulus yang tepat agar mencapai keberhasilan dalam mengembangkan aspek sosial emosional anak.”, Ucap Arif. 

Pola Asuh Kolaboratif Menjadi Solusi Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi 


Bicara mengenai pola asuh, selama pandemi kemarin, Alhamdulillah aku dan suami terus bekerjasama dalam memberikan pengasuhan dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak-anak. Selain itu, kami juga saling menopang agar tetap survive dan sehat selama masa-masa sulit kemarin. 

Ternyata, menurut survei BKKBN selama pandemi Covid-19, 71,5% pasangan suami istri telah melakukan pola asuh kolaboratif, 21,7% mengatakan istri dominan, dan 5,8% hanya istri saja. Di sisi lain, data UNICEF menyebutkan bahwa selama pandemi orang tua mengalami tingkat stress dan depresi yang lebih tinggi, serta menilai pengasuhan anak di rumah saja memiliki risiko tersendiri. 



Nah, kondisi ini sangat mungkin menghambat kemampuan orang tua untuk mengatasi emosi dan kebutuhan psikologis anak lho. Makanya nih, pola asuh kolaborasi bisa menjadi kunci orang tua, agar terhindar dari hal itu. 

Senada dengan hal itu, Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Irma Ardiana, MAPS menerangkan bahwa gaya pengasuhan memengaruhi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak. Pengasuhan bersama menekankan komunikasi, negosiasi, kompromi, dan pendekatan inklusif untuk pengambilan keputusan dan pembagian peran keluarga. 

“Pengasuhan bersama antara ayah dan ibu menawarkan cinta, penerimaan, penghargaan, dorongan, dan bimbingan kepada anak-anak mereka. Peran orang tua yang tepat dalam memberikan dorongan, dukungan, nutrisi, dan akses ke aktivitas untuk membantu anak memenuhi milestone aspek perkembangan merupakan hal yang penting. Pola asuh yang tepat dari orangtua dinilai mampu membentuk anak yang hebat dan berkualitas di masa depan.” 

Aku pribadi sangat setuju dengan apa yan dikatakan oleh dr. Irma Ardiana, betapa pola asuh yang tepat dari Ayah dan Ibu dapat memaksimalkan tumbuh kembang anak dan juga membentuk karakter si kecil menjadi anak yang hebat di masa mendatang. 



Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak, Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH juga menjelaskan mengenai fakta bahwa perkembangan emosi dan sosial berkaitan erat dengan kecerdasan otak dan sistem pencernaan yang sehat. Ketiganya saling terkait dan berpengaruh signifikan terhadap tumbuh kembang anak agar anak dapat tumbuh menjadi anak hebat. 

“Agar anak-anak dapat beradaptasi kembali dengan normal, memiliki keterampilan sosial-emosional yang memadai, serta memiliki kemampuan berpikir yang baik, maka orang tua perlu memantau perkembangan sosial emosional anak secara berkala serta memberikan stimulasi dan nutrisi yang tepat.” ungkap dr. Bernie. 

Di kesempatan yang sama, Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101 Cici Desri menceritakan pengalamannya saat mempersiapkan si Kecil menghadapi transisi untuk kembali berinteraksi dengan lingkungan sosial. 

“Setelah menjalani pembatasan sosial selama hampir dua tahun, saya melihat ada banyak tantangan yang dihadapi si Kecil untuk kembali bersosialisasi dengan dunia luar. Menghadapi hal tersebut, saya dan suami mengambil bagian dalam pengasuhan dan memperkuat keterlibatan dengan si Kecil terlebih pada fase transisi saat ini,” kisah Cici. 

Mendengar penuturan kak Cici, aku jadi bersyukur deh telah menerapkan pengasuhan kolaboratif. Jadi, aku dan suami bisa berbagi tugas dalam pengasuhan dan juga pengoptimalan tumbuh kembang anak selama pandemi dan masa transisi ini. 

Kalau Moms sendiri gimana? Merasa kesulitan kan menghadapi masa transisi ini? Share di kolom komentar ya! ^_^

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D