Friday, October 28, 2022

...

Waspada Kerusakan Gambut dan Ancaman Selimut Polusi

 


Gambut dan Selimut Polusi, satu hal yang baru aku tahu korelasinya beberapa waktu lalu. Maklum lahir dan besar di ibu kota membuatku tidak mengenal apa itu gambut dan seperti apa fungsinya. Yang aku tahu ya, hanya polusi di Ibukota sudah cukup mengkhawatirkan, plus banjir yang rutin menyapa tiap musim hujan. 

Semenjak bergabung dengan EcoBlogger Squad, jujur aku jadi makin banyak tahu tentang kondisi lingkungan kita yang memang tidak baik-baik saja. Rasanya semakin banyak tahu, kok makin banyak sedihnya. Tapi hal itu, nggak boleh membuat kita putus asa untuk setidaknya melakukan hal baik untuk bumi ini kan? 

Pas banget nih, beberapa waktu lalu aku mengikuti Online Gathering bersama EcoBlogger Squad dan Pantau Gambut, tentang Gambut dan Selimut Polusi. Sebelum aku jelaskan tentang korelasi keduanya, hayoo sudah tahu belum apa sih gambut itu? 

Gambut dan Mitigasi Perubahan Iklim 




Gambut adalah bahan organik yang tidak terdekomposisi secara sempurna karena terdapat pada kondisi anaerob. Proses dekomposisi terjadi dengan sangat lambat dan membuat bahan organic menumpuk sehingga terbentuk lapisan gambut. 

Ternyata, proses pembentukan gambut berlangsung selama ribuan tahun lho. Dimulai dari adanya cekungan dan genangan air yang sangat luas yang mengalami pendangkalan secara perlahan dan bertahap. Pendangkalan ini terjadi ya karena tanaman yang tumbuh di lahan basah ini mati dan kemudian menumpuk di dasar cekungan dan mengalami pembusukan. 



Di Indonesia sendiri, luas lahan gambut mencapai 13,43 juta hectare dan diperkirakan dapat menyimpan hingga 57.4 gigaton karbon. Namun sayangnya, pengalihanfungsian lahan gambut menjadi area perkebunan dan industri masih terus terjadi. Kebanyakan alih fungsi ini menggunakan metode pengeringan, pembakaran, dan deforestasi sehingga melepaskan cadangan karbon di gambut ke atmosfer. 

Selain itu, gambut yang terdegradasi akan menjadi kering dan mudah terbakar sehingga memperparah intensitas cadangan karbon yang lepas ke atmosfer. Gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer akan menahan panas dari matahari sehingga meningkatkan suhu bumi. 

Proses yang dikenal sebagai efek rumah kaca ini dapat mempercepat laju perubahan iklim. Oleh sebab itu, melindungi dan mencegah kerusakan lahan gambut menjadi sangat penting dalam upaya pencegahan perubahan iklim. 

Lalu Apa Saja Sih Penyebab Kerusakan Lahan Gambut? 




Ada tiga penyebab kerusakan lahan gambut yang harus kita cegah yaitu: 

1. Pengalihfungsian Lahan 
Penyebab utama kerusakan lahan gambut di Indonesia adalah anggapan bahwa gambut merupakan lahan tidak berguna, sehingga banyak dialihfungsikan. Alhasil terjadilah kebakaran hutan dan rusaknya kehidupan ekosistem gambut deh. 

2. Pengeringan 
Penyebab kedua adalah pengeringan. Yup, perubahan iklim yang berakibat pada musim kemarau dapat membuat gambut menjadi kering. Tak jarang juga, pengeringan gambut sering dilakukan secara sengaja menjadi lahan pertanian dan perkebunan. 

3. Pembalakan Liar 
Penyebab ketiga adalah pembalakan liar. Kegiatan ini dilakukan untuk mengambil hasil hutan kayu dan membuka akses lahan gambut yang masih alami untuk penanaman tanaman industri. Akibatnya, gambut kehilangan kondisi alaminya. 

Dampak Kerusakan Gambut dan Bagaimana Solusinya? 




Nah dari penyebab di atas, ada beberapa dampak kerusakan gambut yang harus kita waspadai, mulai dari banjir, kebakarna hutan, terganggunya aktivitas harian sampai pencemaran tanah gambut. 

Asli sih, dampak ini nggak boleh dibiarkan begitu saja. Perlu adanya langkah nyata dari kita semua untuk mengatasi hal tersebut. Jangan sampai dampak ini dibiarkan saja, kemudian membuat kerusakan yang semakin parah. Lalu bagaimana dong solusinya? 

Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan mendukung restorasi gambut. Restorasi gambut ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut, yang umumnya juga didukung dengan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat untuk memastikan keberhasilan restorasi jangka panjang. 

Gambut yang sudah terdegradasi sejatinya tidak bisa kembali ke kondisi asalnya tanpa proses formasi ulang gambut yang bisa memakan waktu ratusan tahun lamanya. Upaya restorasi gambut yang terdiri dari pembasahan atau rewetting, revegetasi, dan revitalisasi dilakukan untuk mencapai kondisi gambut yang hampir seperti kondisi alaminya. 

Dan yang perlu disadari adalah pemulihan gambut ini perlu waktu yang tidak sebentar dan juga harus melewati langkah-langkah yang tepat sampai kondisi gambut menjadi baik. Langkah-langkah tersebut di antaranya adalah pemetaan, penentuan jenis restorasi, pelaku restorasi, waktu, pelaksanaan, dan pendekatan khusus untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. 

Jadi, yuk mulai saat ini ambil langkah nyata untuk berkontribusi dalam memperbaiki lahan gambut kita! ^_^


No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D