Friday, April 29, 2022

...

FOI Ajak Kolaborasi Menekan Kemubaziran Pangan dan Lestarikan Lingkungan

 


Bahagia deh rasanya, Ramadan dan Idul Fitri kali ini keadaan sudah jauh membaik dari tahun-tahun kemarin, di mana kita sudah diperbolehkan buka puasa bersama dan juga mudik ke kampung halaman. Tapi, sadar nggak sih kalau bulan Ramadan dan Idul Fitri juga jadi waktu-waktu di mana makanan sering kali terbuang dan berujung mubazir? 

Karena berpuasa kita sering kali lapar mata dan kalap beli ini dan itu untuk makanan berbuka, tapi ujungnya terbuang karena kekenyangan. Begitu juga dengan Idul Fitri, momen indah hari raya yang selalu dinantikan, sering kali membuat kita kalap dalam berbelanja, eh ujungnya terbuang juga. 

Bahkan menurut data yang ada, Indonesia menjadi salah satu negara dengan kemubaziran pangan tertinggi lho. Namun yang menyedihkan adalah satu dari tiga anak Indonesia mengalami stunting dan kelaparan. Pasti pada nanya deh, lho kok bisa? 

Akupun kaget mendengarnya. Tapi memang itulah fakta yang ada. Makanya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, dan harus segera ditangani. Karena kemubaziran pangan ini juga memiliki dampak yang buruk untuk lingkungan lho. 

Hal ini aku ketahui dari acara Peringatan Hari Bumi yang diselenggarakan oleh FOI beberapa waktu lalu. Yup, Foodbank of Indonesia (FOI) atau Bank Pangan Indonesia bersama para mitra mengadakan kegiatan Peringatan Hari Bumi Sedunia 2022 yang dihadiri antara lain oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Suharini Eliawati, Direktur Utama Perumda PD Pasar Jaya, Arief Nasrudin, perwakilan dunia usaha, JNE & Superindo, para pedagang Pasar Tebet Timur, relawan FOI dan media. 

Dalam Rangka Memperingati Hari Bumi, FOI Ajak Kolaborasi Menekan Kemubaziran Pangan 


Waktu menghadiri acara ini, jujur aku agak kaget karena diselenggarakan di Pasar Tebet Timur. Tapi ternyata semua itu ada makna dan tujuannya lho. Pasar yang kita tahu sebagai tempat jual beli, nyatanya juga merupakan tempat penyumbang sampah organik terbanyak. Karena itu, FOI menekankan perlunya membangun kesadaran dan mengajak lebih banyak pihak bergerak bersama mengurangi kemubaziran pangan, menyelamatkan bumi dan mengakhiri kelaparan. 

Di acara tersebut juga secara simbolis, pedagang sayur dan dunia usaha menyerahkan bahan pangan berlebih kepada FOI yang diterima pendiri FOI, M Hendro Utomo. Serah terima ini menandai komitmen semua pihak dalam pencegahan kemubaziran pangan yang dimanfaatkan untuk mengurangi kelaparan pada masyarakat yang membutuhkan. 



Btw, tahu nggak sih kalau sejak tahun 2018 hingga 2021, sebesar 2.457 ton makanan telah dikelola dan disalurkan FOI untuk membantu masyarakat. Berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), diketahui bahwa pada tahun 2021, sebesar 8,03 juta ton makanan terbuang ke tempat sampah yang berdampak pada percepatan panas bumi dan hilangnya kesempatan bagi 61-125 juta orang untuk mendapatkan akses pada pangan. Di Jakarta sendiri, timbulan kemubaziran pangan di Tahun 2020 mencapai 1,4 juta ton (SIPSN, 2021). 

Menurut pendiri FOI, M Hendro Utomo, kolaborasi semua pihak sangat dibutuhkan untuk mengatasi persoalan kemubaziran pangan,

“Hari ini bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, JNE, Superindo, Pasar Tradisional, kita bergerak bersama untuk menekan kemubaziran makanan dan memanfaatkannya untuk memerangi kelaparan sekaligus melestarikan bumi.” 

Kemubaziran Pangan Jadi Salah Satu Penyebab Perubahan Iklim 




Fyi, kemubaziran pangan ternyata juga menjadi penyebab perubahan iklim lho. Kenapa demikian? Makanan yang terbuang dan kemudian tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan melepaskan gas metan (CH4) ke lingkungan. Gas metana ini merupakan emisi gas rumah kaca 25 kali lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berkontribusi mempercepat pemanasan global. 

Hal ini tentu nggak boleh dibiarkan ya, karena saat ini krisis iklim sudah di depan mata. Bahkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 98 persen frekuensi kejadian bencana di Indonesia dalam 10 tahun terakhir berupa bencana hidrometeorologi sebagai dampak dari perubahan iklim lho. Terlebih didukung kondisi geografis Indonesia sebagai negara dengan bentuk kepulauan yang menyebabkan menjadi lebih rentan terhadap dampaknya. 

Menurutku sih, perubahan iklim ini menjadi tantangan multidisiplin paling serius, kompleks, dan dilematis yang dihadapi oleh masyarakat global pada awal abad ke-21, bahkan diperkirakan hingga abad ke-22. Oleh karenanya, melalui Perjanjian Paris pada tahun 2015, sebanyak 195 negara global, salah satunya Indonesia sepakat untuk membatasi pemanasan global di tingkat ideal di bawah 1,5°C atau paling tidak 2°C selama periode 2020-2030. 

Laporan dari WRI dan ClimateWorks Foundation juga menunjukkan bahwa dalam hampir seluruh aspek, kemajuan yang dicapai masih terlalu lambat untuk mencapai target pengurangan emisi. Disisi lain, masyarakat Indonesia masih banyak yang mengalami kelaparan dan malnutrisi. 

Hasil survey FOI pada Agustus 2020 di 14 kota menemukan bahwa 27% anak pergi ke sekolah dengan perut kosong hingga siang hari. Bahkan khusus untuk wilayah padat penduduk seperti DKI Jakarta, angkanya dapat mencapai 40-50%. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia masih banyak ditemukan kelompok masyarakat rentan yang kebutuhan pangannya tidak terpenuhi. 

Foodbank of Indonesia (FOI) sebagai lembaga bank makanan bergerak di akar rumput, membantu lebih dari 40.422 anak-anak melalui 1.044 lembaga PAUD, SD, dan Posyandu. FOI juga bergerak menolong lansia, ibu hamil, ibu menyusui serta daerah yang tertimpa bencana. 

Pergerakan ini dilakukan FOI secara kolaboratif bersama dengan berbagai pihak, seperti PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), yang turut membantu menjangkau lebih banyak penerima manfaat. Hendro Utomo, pendiri Foodbank of Indonesia berharap dengan adanya kegiatan ini dapat mengajak lebih banyak pihak untuk bergerak bersama mengurangi kemubaziran pangan, menyelamatkan bumi dan mengakhiri kelaparan. 



Dengan kolaborasi ini mudah-mudahan semakin menguatkan masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta termasuk pedagang tradisional untuk terus berkolaborasi dan melakukan aksi nyata bersama untuk mengurangi kemubaziran pangan, sekaligus dapat mengakhiri kelaparan, dan menekan krisis iklim secara berkelanjutan. 

Yuk, mulai sekarang belanja secukupnya, konsumsi secukupnya agar tidak ada lagi kemubaziran pangan demi bumi yang lebih indah! ^_^

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir. semoga bermanfaat ^_^
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa ;D